"Keberadaan industri air kemasan bisa membawa berkah jika saja terjadi sinergi dan hubungan timbal balik."



Pada tanggal 17 Agustus 2014, genap 69 tahun sudah usia Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia, sebuah wilayah negara yang membentang di garis tengah planet Bumi ini. Negri yang terdiri dari beribu pulau yang kesemuanya memiliki tanah yang subur. Negri ini juga dihuni oleh penduduk yang banyak. Menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia itu sudah mencapai 237.641.326 jiwa (sumber: situs bps). Ini menempatkan Indonesia di posisi ke-4 jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Jumlah penduduk yang hampir seperempat milyar ini merupakan potensi yang sangat besar yang bisa jadi modal untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju. Namun itu akan tercapai jika manusia-manusianya adalah manusia yang berkualitas.

Kualitas seorang manusia memang ditentukan oleh banyak faktor.


Pemandangan Kawah Ratu dilihat dari jalur pendakian G. Salak
Foto diatas adalah pemandangan Kawah Ratu (area yang tanahnya putih di tengah). Gimana? indah bukan?  Padahal tempat dimana saya berdiri untuk mengambil foto ini, tidak bisa dikatakan indah. Karena jika saya melangkah kedepan 2 langkah saja, tanpa ampun tubuh saya akan meluncur ke jurang yang sangat curam yang saya tak tahu berapa ratus meter dalamnya. Kecuali ada keajaiban, bisa dipastikan orang yang jatuh dari tempat ini akan berpindah alam ke alam Barzakh.

Alhamdulillah saya telah menginjakkan kaki di Puncak Salak 1, Gunung Salak. Gunung yang terletak di perbatasan Kab. Bogor dan Kab. Sukabumi ini menjulang setinggi 2.211 mdpl. Jika melihat tingginya, G. Salak memang lebih rendah dari tetangganya G. Gede (2.958 mdpl) dan G. Pangrango (3.019 mdpl). Namun kalau kita mendakinya, bisa dikatakan medannya lebih berat dari medan pendakian gunung tetangganya itu. Hal ini karena jalur pendakiannya yang benar-benar masih alami. Jalurnya masih berupa jalan setapak yang belum banyak dipolas-poles. Bekas-bekas jamahan tangan manusia di jalur hanyalah berupa patok-patok beton penanda jarak setinggi 1 meter yang di cat hitam hijau. Patok-patok ini ditanam setiap jarak 100 m.

Pada pendakian kali ini kami berdelapan: Saya, si 4 Sekawan, Reza, Wildan, Mufidz dan Yogi dan 3 orang lainnya masih terhitung saudara juga, Fahmi, Bahrul dan Kohar. Kohar adalah anggota rombongan yang paling muda, dia masih kelas 3 SMP. Sedang yang paling tua saya ^_^  Kami mendaki melalui pintu desa Gunung Menir. Karena kebetulan tempat ini tidak jauh dari kampungnya si 4 Sekawan. Untuk mencapai pintu ini kalau dari Stasiun Kereta Bogor, kita mesti naik angkot 3 kali lagi. Yang pertama dari Stasiun Bogor – Term. Bubulak. Terus nyambung angkot Term. Bubulak – Leuwiliang, turun di perempatan Cemplang. Nah dari perempatan Cemplang ini, tidak ada angkot yang bertrayek ke G. Menir, jadi mesti nyarter Angkot. Perkiraan ongkosnya 10rb-20rb/orang.

Mengisi perbekalan di salah satu Warung
Seturunnya dari angkot, kami masih harus berjalan kaki cukup jauh sampai dusun terakhir. Di sepanjang jalan desa banyak terdapat warung-warung. Disini kita bisa membeli berbagai kebutuhan,
Copyright © 2018 - irpanisme.com. Diberdayakan oleh Blogger.
Copyright © 2020