Kawasan Geopark Ciletuh kini semakin banyak dikenal orang. Kebetulan saya juga pernah mengunjungi Ciletuh ketika melakukan Solo Touring ke daerah Ujung Genteng, 24-25 Oktober 2015. Pada kesempatan perjalanan selama dua hari ini, saya mengunjungi:
- Air Terjun Cikaso
- Goa Sungging
- Pantai Ujung Genteng
- Penangkaran Penyu di Pantai Pangumbahan
- Geopark Ciletuh
Berikut peta perjalanan saya kala itu:
Peta ini dihitung dari Perempatan di Jalan Raya Pelabuhan Ratu. Yang dari Jakartanya gak dihitung, soalnya gak muat.Untuk mencapai Ciletuh ini saya memberdayakan
peta di google map dan GPS (Gunakan Penduduk Setempat ^_^).
Kisah saya di Goa Sungging dan Ujung Genteng, akan saya tulis dalam cerita terpisah. Yang ini khusus Ciletuh dulu, soalnya kalau digabungin, bisa puanjang banget.
Dari Ujung Genteng, saya menyusuri jalan ketika saya datang hari sebelumnya. Ketika menemukan perempatan yang menuju ke Ciracap, Ciemas dan Surade, saya memilih jalan yang ke kiri ke arah Ciracap. Menyusuri jalan itu kita akan menemukan lagi beberapa perempatan. Menghadapi perempatan-perempatan ini, saya banyak mengandalkan insting plus GPS ^_^ Setelah melalui sekian perempatan dan berada di jalan Ciracap, kita akan belok kiri di perempatan yang ada plang "KOSTRAD" nya. Plang ini cukup kecil, namun kalau kita GPS alias nanya-nanya jalan ke Ciletuh atau desa Ciwaru, maka dengan senang hati para penduduk menunjukkan jalannya.
Dari perempatan "menentukan" ini, kita masih akan menemukan beberapa perempatan lagi. Again, kita akan sangat mengandalkan insting dan GPS.
Ok, sebelum lanjut, saya ingin memberi gambaran tentang Ciletuh. Kawasan Geopark Ciletuh ini terletak di sebuah lembah luas yang dikelilingi tebing menjulang. Epik banget tempatnya. Bayangin ada sebuah mangkok, nah, kawasan Ciletuh ini ada di dasar mangkok. Kita datang dari bibir mangkok, turun menyusuri dindingnya ke dasar mangkok.
Setelah sekian lama jalan, kita akan sampai pada suatu tempat yang biasa disebut "Puncak Panenjoan". Tempat ini berupa titik di "bibir mangkok" Ciletuh yang pemandangannya nendang banget. Dari sini kita bisa melihat hamparan sawah di bawah dihiasi kumpulan-kumpulan rumah-rumah penduduk. Sayang ketika saya kesana, musim kemarau sedang parah-parahnya. Sehingga pemandangan sawah dibawah, terlihat coklat dan gersang.
Dari Puncak Panenjoan ini, perjalanan sudah tidak terlalu jauh lagi. Kondisi jalan masih bersahabat, malahan sangat indah. Jalan aspal mulus membentang membelah perkebunan kelapa.
Namun sayang, jalan yang mulus ini tidak berlangsung lama. Ketika memasuki jalan yang menurun, kondisi jalan mulai rusak. Malah bisa dibilang off-road karena jalannya berupa batu-batu yang besar. Tapi sepertinya jalan rusak ini sedang dalam proses perbaikan, soalnya saya melihat di sisi kiri kanan jalan banyak tumpukan batu kerikil menyerupai bukit kecil. Mungkin baru diturunin dari mobil truk. Jalan offroad ini lumayan panjang, taksiran saya lebih dari 5 Km. Ketika turunan sudah terlewati, kita mencapai “Dasar Mangkok”, maka kondisi jalan berangsur mulus.
Meski ada beberapa perempatan, namun kita bisa tetap mengikuti jalan yang menuju Desa Ciwaru, karena jalan utama ini lebih besar dibanding jalan-jalan percabangan lainnya. Sampai suatu tempat, kita sampai ke perempatan berbentuk T. Papan penunjuk jalan menunjukkan: ke kiri ke Pantai Palangpang, ke kanan ke Ciemas. Kita ambil jalan yang ke kiri.
Dari perempatan ini, jalan mulai mengecil meski lumayan rata. Didepan kita masih menemukan beberapa pertigaan lagi, tapi kita tinggal mengikuti “jalan bagus” aja ^_^. Waktu itu saya sampai ke kaki tebing yang ada Curug Cimarinjung-nya.
Karena tujuan saya adalah Survey, maka saya tidak ada waktu untuk bermain dan bersantai. Ketika saya sampai ke teluk Ciletuh, saya bertanya dimana letak Curug Cimarinjung kepada serombongan petani yang baru pulang dari sawah. Oleh salah seorang diantara mereka, saya diberitahu bahwa belokan ke Curug Cimarinjung sudah terlewat. Saya pun kembali ke belakang.
Dari jalan utama ke Curug Cimarinjung tidak jauh, jaraknya kurang dari 1 Km. Namun jalannya off-road, berbatu-batu. Di pintu jalsn setapak menuju curug, ada warung yang didepannya ada pelataran cukup luas untuk parkir motor. Saya parkir disana dan membeli air minum di warung. Kemudian melanjutkan jalan kaki ke Curug. Menjelang Curug ada pos tiket, disana saya bayar tiket sebesar Rp. 3rb. Dari pos tiket ke Curug tidak sampai 100m.
Again, akibat kemarau kondisi Curug memprihatinkan. Saya tidak mendapati air jatuh yang bergemuruh, hanya selarik air saja yang membasahi dinding batu. Curug Cimarinjung dalam keadaan kering.
Setelah dirasa cukup, saya pun kembali ke warung tempat memarkir motor. Setelah membayar parkir Rp. 5rb, saya melanjutkan perjalanan menuju tujuan berikutnya yakni Puncak Darma.
Puncak Darma adalah titik tertinggi dari sebuah bukit yang berada di sisi utara teluk Ciletuh. Dari Puncak Darma ini, kita bisa mendapatkan pemandangan yang luar biasa indah berupa garis pantai Teluk yang melengkung dan lembah Ciletuh.
Namun untuk mencapai Puncak Darma, tidak mudah. Apalagi kalau pakai motor karena kita harus melewati jalan berbatu yang nanjak banget. Jauhnya dari Curug Cimarinjung ke Puncak Darma sekitar 2,5 Km, ini kata tukang parkir di warung tadi. Tapi jarak 2,5 Km ini adalah panjang jalan off-road yang harus dilalui. Sedangkan jarak antar titik dari Curug ke Puncak sebenarnya dekat, taksiran saya gak sampai 1 Km. Tapi jalannya mau tidak mau harus dibuat miring dan melingkar, soalnya kalua lurus langsung bisa dikatakan mustahil karena medan tanahnya yang hampir tegak lurus.
Ber-off road ria ditengah terik matahari sungguh menantang sekaligus menguras tenaga. Menjelang puncak saya sempat beristirahat cukup lama karena kehabisan tenaga. Motor yang saya kendarai hanyalah motor bebek biasa bukan motor trail. Menghadapi jalan off road yang menanjak begitu, saya hanya bisa main di gigi 1 ^_^
Setelah perjuangan panjang, sampailah saya ke Puncak Darma. Saat itu situasinya cukup sepi. Hanya ada sekelompok anak muda yang sedang melancong. Ada yang berpasangan ada juga yang sendiri (kasihan ya). Kawasan Puncak ini diberi pintu portal. Di sana ada 3 bangunan berupa warung, namun hanya ada 1 yang buka. Warung dijaga seorang wanita dan seorang pria. Pria ini juga merangkap tukang parkir.
Saya ambil foto-foto dulu disini.
Setelah dirasa cukup, saya bersiap melanjutkan perjalanan, pulang kembali ke Jakarta. Oleh tukang parkir Curug dibawah, saya diberitahu bahwa dari Puncak Darma ini ada jalan tembus kea rah Pelabuhan Ratu. Jadi saya tidak perlu balik lagi ke jalan tadi. Meski memang jalannya jalan desa yang masih batu-batu. Begitu kata tukang parkir.
Saya tergoda untuk menjelajah jalan tembus itu. Karenanya dari Puncak Darma ini saya ambil jalan terus tidak balik lagi. Selama hampir 3 jam saya blusukan menyusuri jalan desa yang berbatu-batu. Jalan ini keluarnya di daerah Cigaru (bisa dilihat di peta diatas), kemudian menyatu lagi dengan jalan yang kemarin saya lewati. Titik penyatuannya terletak di kebun teh Cigaru, 25 Km dari Pelabuhan Ratu.
Di sepanjang jalan saya banyak menemui percabangan. Andalan kita apa? ya... G - P - S ^_^
Bagi temen-temen yang suka touring dengan motor trail atau bahkan gowe sepeda Off Road 3 digit, bisa coba jalan tembus ini. Seru.
***
- Air Terjun Cikaso
- Goa Sungging
- Pantai Ujung Genteng
- Penangkaran Penyu di Pantai Pangumbahan
- Geopark Ciletuh
Berikut peta perjalanan saya kala itu:
Rute perjalanan dari Ujung Genteng ke Ciletuh (garis Kuning) |
peta di google map dan GPS (Gunakan Penduduk Setempat ^_^).
Kisah saya di Goa Sungging dan Ujung Genteng, akan saya tulis dalam cerita terpisah. Yang ini khusus Ciletuh dulu, soalnya kalau digabungin, bisa puanjang banget.
Dari Ujung Genteng, saya menyusuri jalan ketika saya datang hari sebelumnya. Ketika menemukan perempatan yang menuju ke Ciracap, Ciemas dan Surade, saya memilih jalan yang ke kiri ke arah Ciracap. Menyusuri jalan itu kita akan menemukan lagi beberapa perempatan. Menghadapi perempatan-perempatan ini, saya banyak mengandalkan insting plus GPS ^_^ Setelah melalui sekian perempatan dan berada di jalan Ciracap, kita akan belok kiri di perempatan yang ada plang "KOSTRAD" nya. Plang ini cukup kecil, namun kalau kita GPS alias nanya-nanya jalan ke Ciletuh atau desa Ciwaru, maka dengan senang hati para penduduk menunjukkan jalannya.
Dari perempatan "menentukan" ini, kita masih akan menemukan beberapa perempatan lagi. Again, kita akan sangat mengandalkan insting dan GPS.
Ok, sebelum lanjut, saya ingin memberi gambaran tentang Ciletuh. Kawasan Geopark Ciletuh ini terletak di sebuah lembah luas yang dikelilingi tebing menjulang. Epik banget tempatnya. Bayangin ada sebuah mangkok, nah, kawasan Ciletuh ini ada di dasar mangkok. Kita datang dari bibir mangkok, turun menyusuri dindingnya ke dasar mangkok.
Setelah sekian lama jalan, kita akan sampai pada suatu tempat yang biasa disebut "Puncak Panenjoan". Tempat ini berupa titik di "bibir mangkok" Ciletuh yang pemandangannya nendang banget. Dari sini kita bisa melihat hamparan sawah di bawah dihiasi kumpulan-kumpulan rumah-rumah penduduk. Sayang ketika saya kesana, musim kemarau sedang parah-parahnya. Sehingga pemandangan sawah dibawah, terlihat coklat dan gersang.
Pemandangan dari Puncak Panenjoan |
Jalan menuju Ciletuh |
Meski ada beberapa perempatan, namun kita bisa tetap mengikuti jalan yang menuju Desa Ciwaru, karena jalan utama ini lebih besar dibanding jalan-jalan percabangan lainnya. Sampai suatu tempat, kita sampai ke perempatan berbentuk T. Papan penunjuk jalan menunjukkan: ke kiri ke Pantai Palangpang, ke kanan ke Ciemas. Kita ambil jalan yang ke kiri.
Dari perempatan ini, jalan mulai mengecil meski lumayan rata. Didepan kita masih menemukan beberapa pertigaan lagi, tapi kita tinggal mengikuti “jalan bagus” aja ^_^. Waktu itu saya sampai ke kaki tebing yang ada Curug Cimarinjung-nya.
Karena tujuan saya adalah Survey, maka saya tidak ada waktu untuk bermain dan bersantai. Ketika saya sampai ke teluk Ciletuh, saya bertanya dimana letak Curug Cimarinjung kepada serombongan petani yang baru pulang dari sawah. Oleh salah seorang diantara mereka, saya diberitahu bahwa belokan ke Curug Cimarinjung sudah terlewat. Saya pun kembali ke belakang.
Dari jalan utama ke Curug Cimarinjung tidak jauh, jaraknya kurang dari 1 Km. Namun jalannya off-road, berbatu-batu. Di pintu jalsn setapak menuju curug, ada warung yang didepannya ada pelataran cukup luas untuk parkir motor. Saya parkir disana dan membeli air minum di warung. Kemudian melanjutkan jalan kaki ke Curug. Menjelang Curug ada pos tiket, disana saya bayar tiket sebesar Rp. 3rb. Dari pos tiket ke Curug tidak sampai 100m.
Again, akibat kemarau kondisi Curug memprihatinkan. Saya tidak mendapati air jatuh yang bergemuruh, hanya selarik air saja yang membasahi dinding batu. Curug Cimarinjung dalam keadaan kering.
Curug Cimarinjung yang sedang Kering |
Setelah dirasa cukup, saya pun kembali ke warung tempat memarkir motor. Setelah membayar parkir Rp. 5rb, saya melanjutkan perjalanan menuju tujuan berikutnya yakni Puncak Darma.
Puncak Darma adalah titik tertinggi dari sebuah bukit yang berada di sisi utara teluk Ciletuh. Dari Puncak Darma ini, kita bisa mendapatkan pemandangan yang luar biasa indah berupa garis pantai Teluk yang melengkung dan lembah Ciletuh.
Pemandangan Ciletuh dari Puncak Darma |
Namun untuk mencapai Puncak Darma, tidak mudah. Apalagi kalau pakai motor karena kita harus melewati jalan berbatu yang nanjak banget. Jauhnya dari Curug Cimarinjung ke Puncak Darma sekitar 2,5 Km, ini kata tukang parkir di warung tadi. Tapi jarak 2,5 Km ini adalah panjang jalan off-road yang harus dilalui. Sedangkan jarak antar titik dari Curug ke Puncak sebenarnya dekat, taksiran saya gak sampai 1 Km. Tapi jalannya mau tidak mau harus dibuat miring dan melingkar, soalnya kalua lurus langsung bisa dikatakan mustahil karena medan tanahnya yang hampir tegak lurus.
Jalan Off Road menuju ke Puncak Darma |
Jalan Off Road menuju ke Puncak Darma |
Setelah perjuangan panjang, sampailah saya ke Puncak Darma. Saat itu situasinya cukup sepi. Hanya ada sekelompok anak muda yang sedang melancong. Ada yang berpasangan ada juga yang sendiri (kasihan ya). Kawasan Puncak ini diberi pintu portal. Di sana ada 3 bangunan berupa warung, namun hanya ada 1 yang buka. Warung dijaga seorang wanita dan seorang pria. Pria ini juga merangkap tukang parkir.
Saya ambil foto-foto dulu disini.
Selfie di Puncak Darma |
Bukit Teletubbies di Puncak Darma |
Tempat yang romantis untuk mengikat janji ^_^ |
Saya tergoda untuk menjelajah jalan tembus itu. Karenanya dari Puncak Darma ini saya ambil jalan terus tidak balik lagi. Selama hampir 3 jam saya blusukan menyusuri jalan desa yang berbatu-batu. Jalan ini keluarnya di daerah Cigaru (bisa dilihat di peta diatas), kemudian menyatu lagi dengan jalan yang kemarin saya lewati. Titik penyatuannya terletak di kebun teh Cigaru, 25 Km dari Pelabuhan Ratu.
Di sepanjang jalan saya banyak menemui percabangan. Andalan kita apa? ya... G - P - S ^_^
Bagi temen-temen yang suka touring dengan motor trail atau bahkan gowe sepeda Off Road 3 digit, bisa coba jalan tembus ini. Seru.
Posting Komentar
Posting Komentar