About


Hi, my name is Irpan. I live in Indonesia. This blog is to provide you with my trip stories, my ideas and some other things.

Facebook

BloggerHub

Connect with me

Jadwal Sholat

Legenda Olah Raga Indonesia

Posting Komentar
Pada masa kejayaannya, dunia olah raga Indonesia menjadi kekuatan yang diperhitungkan di kawasan Asia bahkan dunia. Atlit-atlit Indonesia dari berbagai cabang olah raga, mampu berkiprah dan berprestasi di berbagai ajang kejuaraan tingkat dunia.

Hal ini bisa kita ketahui dari rekaman dan catatan yang ada di museum Olahraga, yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Di museum ini, kita bisa memasuki masa lalu ketika Indonesia masih menjadi kekuatan yang diperhitungkan bahkan disegani di berbagai cabang olah raga. Sepak bola, Tinju, Menembak, Panahan, Lari, dan banyak lagi.

Nama-nama besar seperti Donald Pandiangan, Sutjipto Soentoro, Lely Sampoerno, dll, bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional.

Berikut beberapa legenda olahraga Indonesia yang namanya terukir pada sejarah Indonesia, dan tercatat di museum Olah Raga, TMII.

Legenda Sepakbola Indonesia 
Legenda Sepak Bola Indonesia - Iswadi Idris
Legenda Sepak Bola Indonesia - Iswadi Idris

Para Maestro Si Kulit Bundar 
Kalau prestasi sepakbola Indonesia belum sampai pada prestasi puncak, namun sejumlåh pemainnya dikenal memiliki bakat dan ketrampilan yang handal. Andi Ramang yang lahir tahun 1924 dikenal sebagai penyerang yang bisa menendang bola dari segala posisi. Pada 1958 dalam sebuah pertandingan melawan Cina, ia menjebol gawang lawan dengan tendangan salto. Ramang masih turut memperkuat timnas PSSI saat menjadi juara di Asian Football 1971 di Qatar.

Nama lain yang melegenda adalah Soetjipto Soentoro alias Gareng. Pemain kelahiran 1941 ini pernah berkali-kali melewati para pemain belakang SV Werder Bremen, Jerman dan melesakkan tiga gol secara berturut-turut, yang membuat pelatih nasional Jerman (Barat) Herr Brocker memuji dan menawarkannya bermain untuk klub SV Werder Bremen. Kemudian ada Iswadi Idris, pemain kelahiran 1948 yang menjadi pemain pertama Indonesia yang dikontrak oleh klub asing, yaitu Western Suburbs, Australia pada tahun 1974. Iswadi juga terpilih menjadi kapten timnas sejak awal 1970 sampai 1980. Iswadi bersama pemain seangkatannya Soetjipto Soentoro, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale, pernah dijuluki "kuartet tercepat Asia".

Legenda Pelari Indonesia
Legenda Lari Indonesia - Purnomo Muhammad Yudhi
Legenda Lari Indonesia - Purnomo Muhammad Yudhi
Melesat Secepat Kilat 
Diawali oleh Mohammad Sarengat pada era 1960-an, lelaki kelahiran tahun 1939 ini adalah seorang dokter. Pada saat Asian Games 1962 di Jakarta, Sarengat meraih dua medali emas nomor lari 100 meter dan 110 meter gawang, sekaligus mencetak rekor Asia untuk lari 100 meter dalam catatan waktu 10,5 detik. Rekor Sarengat itu baru pecah 25 tahun kemudian oleh Purnomo Muhammad Yudhi dengan waktu 10,3 detik. Lelaki pengagum Sarengat yang lahir tahun 1962 ini merupakan pelari pertama di Asia yang berhasil masuk semifinal Olimpiade, menempati urutan 11 pada Olimpiade 1984 di Los Angeles, AS. Selain perorangan, Purnomo bersama Christian Nenepath, Ernawan Witarsa dan Johanes Kardiono juga masuk semifinal nomor beregu estafet 4 x 100 meter pada ajang yang sama.

Setelah Purnomo, sprinter Mardi Lestari mengukir prestasi yang tak kalah fenomenal dibanding kedua seniornya. Mardi yang lahir tahun 1968 mendapat julukan manusia tercepat se-Asia setelah berhasil menembus semifinal Olimpiade 1988 di Korea Selatan, bersaing dengan Ben Johnson, pelari top dunia. Selain ketiga pelari di atas, ada Carolina Rieuwpassa dan Lourina Henriette Maspaitella alias Henny Maspaitella yang merupakan atlet wanita era 70 dan 80-an yang merintis prestasi internasional di Asia Tenggara.

Legenda Bulutangkis
Legenda Bulutangkis Indonesia - Ferry Sonneville
Legenda Bulutangkis Indonesia - Ferry Sonneville
Bintang-bintang Perintis Kejayaan 
Jika bulutangkis dianggap olahraga yang paling banyak mengharumkan nama Indonesia, maka empat legenda berikut inilah yang telah merintisnya. Mereka mengawali kejayaan bulutangkis Indonesia pada era tahun 50-an. Ferry Sonneville adalah pemain Indonesia pertama yang menjuarai sejumlah turnamen bulutangkis internasional. Sedangkan Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara adalah orang Indonesia yang pertama yang menjadi juara All England di tahun 1959 dan Ferry Sonneville menjadi pemenang kedua. Hok juga meraih medali emas di Asian Games 1962.
Ferry Sonneville dan Tan Joe Hok termasuk tim yang merebut pertama kali Piala Thomas tahun 1958. Di bagian putri ada Minarni Soedaryanto dan Retno Koestiyah. Minarni menjadi Wanita Indonesia pertama yang menjadi juara bulutangkis di Asian Games (1962) dan finalis All England (1968). Retno bersama Minarni juga merupakan ganda putri Indonesia pertama yang merebut emas di Asian Games (1962) dan juara di All England (1968). Keduanya juga termasuk tim bulutangkis putri Indonesia yang pertama kali menjadi runner-up Piala Uber (1969).

Legenda Anggar
Legenda Anggar Indonesia - Zus Undap
Legenda Anggar Indonesia - Zus Undap
Anggar Membawanya Tenar 
Olahraga yang digelutinya memang kurang populer di Indonesia. Namun bagi E.A.A. Poerawinata alias Zus Undap, hal itu justru membuat namanya menjadi dikenal banyak orang. Wanita kelahiran Sukabumi tahun 1934 ini disebut-sebut sebagai atlet anggar perempuan pertama di Indonesia. la telah bertanding anggar mulai dari PON III (1953) hingga PON IX (1977), mengumpulkan 13 medali emas dan 10 medali perak.

Pada tahun 1960 Zus Undap sudah ikut bertanding di Olimpiade Roma meski tidak memperoleh medali. Ketika GANEFO diadakan di Jakarta tahun 1963, ia mendapatkan medali emas di kelas floret putri. Setelah mengakhiri kariernya sebagai atlet, Zus Undap aktif melatih para juniornya. Ia menetap di Sukabumi dan mengajar olahraga di sebuah SMA di kota itu. Ketika ia harus melatih atlet anggar nasional di Jakarta, Zus Undap rela setiap hari pulang pergi Jakarta—Sukabumi, agar kedua tugasnya sebagai guru dan pelatih tetap dapat ditunaikan.

Legenda Menembak
Legenda Menembak Indonesia - Lely Sampurno
Legenda Menembak Indonesia - Lely Sampurno
Sang Ratu Tembak
Lely Koentratih alias Lely Sampoerno belajar menembak dari suaminya, Setyo Sampoerno, seorang perwira TNI AU yang gemar berburu. Wanita kelahiran 1935 ini adalah atlet wanita penembak pertama di Indonesia. Ketika Asian Games 1962 di Jakarta, Lely menjadi satu-satunya atlet wanita penembak dan berhasil merebut medali perak. Padahal saat itu baru sekitar 2 tahun ia belajar menembak. Sejak itu Lely merajai pertandingan menembak di tingkat nasional, termasuk PON yang telah tujuh kali ia ikuti. Emas pertama dari gelanggang internasional ia peroleh dari Kejuaraan Menembak Asia 1977 di Korea Selatan. Sejak itu emas demi emas diraihnya dari berbagai kejuaraan antarbangsa.

Dengan prestasinya itu tak heran Lely dipercaya menjadi juri pertandingan menembak di Olimpiade Barcelona 1992 dan Olimpiade Atlanta 1996. Tahun 2012 Pemerintah RI memberi penghargaan Tanda Jasa Nararya kepada Lely Sampurno. Namanya juga diabadikan pada ajang kejuaraan nasional menembak khusus putri dan junior: Lely Sampoerno Cup.

Legenda Angkat Besi 
Legenda Angkat Besi Indonesia - Charlie Deptios
Legenda Angkat Besi Indonesia - Charlie Deptios

Samson Indonesia, Si Pemecah Rekor Dunia
Tidak pernah menjadi juara dunia, tetapi memecahkan rekor dunia. ltulah Charles Depthios atau Charlie Depthios. Pria kelahiran 1940 ini adalah atlet angkat besi Indonesia yang pertama kali memecahkan rekor dunia. Di tingkat nasional, berkali-kali ia memecahkan rekor nasional sejak 1960. Sebagian besar atas namanya sendiri.

Charlie adalah satu dari enam atlet Indonesia yang dikirim pada Olimpiade Mexico (1968). Saat itu ia memang gagal berprestasi. Namun di PON Vll/1969 Surabaya, pada angkatan clean and jerk, Charlie berhasil mengangkat beban seberat 127,5 kg di kelas terbang. Angkatan itu melampaui rekor dunia sebelumnya atas nama lifter Khaisisin dari Rusia, dengan 126,5 kg. Olimpiade berikutnya di Muenchen, Jerman (1 972), Charlie ikut lagi. Lagi-lagi, ia menorehkan rekor dunia di nomor yang sama dengan barbel seberat 132,5 kg. Sayangnya, prestasi itu ia buat pada extra lift (angkatan keempat), sehingga tidak diakui sebagai rekor olimpiade.

Legenda Tinju Indonesia
Legenda Tinju Indonesia - Syamsul Anwar Harahap
Pejuang Gigih di Atas Ring
Dekade 70-an merupakan masa keemasan tinju Indonesia, khususnya tinju amatir. Pada masa itu, Indonesia memiliki sekaligus lima petinju juara Asia, yakni Wiem Gomies, Syamsul Anwar Harahap, Ferry Moniaga, Frans VB, dan Benny Maniani. Mereka layak disebut sebagai legenda tinju Indonesia. Di ranah profesional, Wongso Suseno tercatat sebagai petinju professional Indonesia pertama. Prestasi Wongso adalah juara internasional di kelas welter, di antaranya Juara OPBF (Oriental Pacific Boxing Federation) 1975 dan juara WBA Intercontinental 1976.

Wiem Gomies dua kali menjadi juara Asian Games, yakni pada 1970 dan 1978. Syamsul Anwar Harahap adalah petinju yang 123 kali menang dari 139 pertandingannya dan tak pernah kalah KO. Prestasi Ferry Moniaga belum bisa disamai petinju Indonesia lain. la nyaris meraih medali di pentas Olimpiade Munich 1972 karena masuk pada babak perempat final Olimpiade, meski akhirnya kalah angka. Sementara itu Frans van Bronkhorst (Frans V.B.) adalah juara tinju Asia tahun 1973, sedangkan Benny Maniani yang asal Papua meraih emas Asia tahun 1978.

Legenda Catur Indonesia
Legenda Catur Indonesia - H. Ardiansyah
Legenda Catur Indonesia - H. Ardiansyah
Pecatur Yang Masyhur
Ardiansyah adalah pemain catur Indonesia yang terkenal pada masanya. la memiliki kemampuan taktis kelas dunia dan fantasi yang luar biasa. Lahir di Banjarmasin, 5 Desember 1951, Ardiansyah tercatat lima kali menjuarai Kejuaraan Nasional, yaitu tahun 1969, 1970, 1974, 1976, dan 1988. Gelar Master Nasional dan Master Internasional diperolehnya pada tahun 1969 dan tahun 1986 ia meraih gelar Grand Master.

Pecatur populer lainnya adalah Utut Adianto. la lahir di Jakarta, 16 Maret 1965. la bermain catur sejak usia enam tahun. Debut internasionalnya dimulai ketika menjadi juara kedua pada kejuaraan catur dunia di bawah usia 16 tahun, di Puerto Rico. Utut mendapatkan gelar Master Nasional pada tahun 1982. Kemudian ia meraih gelar Grand Master (GM) saat berusia 21, dan menjadikannya GM termuda di Asia Tenggara saat itu. Pada tahun 1986 itu, ia juga mendapatkan medali perak papan tiga Olimpiade Catur Dubai. Selanjutnya medali emas papan satu di Olimpiade Catur Istambul pada tahun 2000. Utut juga pernah meraih Super Grand Master dengan ELO rating melebihi 2600, dan menempati peringkat 39 dunia.

Legenda Tenis Indonesia
Legenda Tennis Indonesia - Yolanda Sumarmo
Legenda Tennis Indonesia - Yolanda Sumarmo
Dari Yayuk Sampai ke Angelique
Yayuk Basuki tentu saja menjadi legenda tenis Indonesia. la adalah atlet tenjs professional Indonesia pertama yang pernah mencapai babak perempat final Wimbledon pada tahun 1997. Peringkat tertinggi yang pernah dicapanya adalah posisi ke-9 untuk bagian tunggal dan ke-9 untuk bagian ganda. Selain Yayuk Basuki, nama besar tenis Indonesia juga disandang oleh Angelique Wijaya yang pernah meraih juara pertama yunior di Wimbledon pada tahun 2001.

Di bagian putri  dikenal pula petenis berprestasi angkatan 70-an dan 80-an seperti Suzanna Anggarkusuma, Laita Sugiarto, Lanny Kaligis dan Yolanda Sumarno. Sedangkan di bagian putra nama-nama seperti  Yustedjo Tarik , Tintus Ananto Wibowo, Atet Wiyono, Gondowijoyo, Hardiman, Wailan Walalangi, dan Harry Suharyadi adatah para pendulang emas pada masanya. Kwartet  Yustedjo Tarik, Hadiman,  Atet Wiyono dan Gondowijoyo pernah menyapu bersih medali emas putra pada Asian Games 1978 di Bangkok.

Legenda Keluarga Atlet
Legenda Keluarga Atlet Indonesia - Daniel dan Nemo Bahari
Legenda Keluarga Atlet Indonesia - Daniel dan Nemo Bahari
Legenda Keluarga Atlet Indonesia - Keluarga Nasution
Legenda Keluarga Atlet Indonesia - Keluarga Nasution
Kompak di Rumah dan di Gelanggang
Satu keluarga memiliki profesi yang sama adalah hal yang langka. Begitu pula di dunia olahraga. Tidaklah banyak di mana satu keluarga semuanya menjadi atlet, tertebih pada cabang olahraga yang sama dan berprestasi. Di arena renang ada keluarga Nasution dengan sang ayah, Radia Murnisal Nasution, sebagai pelatihnya. Putra-putrinya yang menjadi atlet renang nasional adalah: Elfira Rosa Nasution, Maya Masita Nasution, Elsa Manora Nasution, Kevin Rosa Nasution dan si bungsu Muhammad Akbar Nasution.

Keluarga Bahari amat dikenal di arena tinju nasional. Mereka adalah Daniel Bahari, sang ayah sekaligus pelatih. Keempat anak laki-lakinya yang menjadi petinju adalah Pino Bahari, Champ Bahari, Nemo Bahari, dan Daudy Bahari. Semuanya menjadi petinju yang memiliki prestasi, khususnya si suiung Pino Bahari yang pernah meraih medali emas pada Asian Games Beijing 1990. Lalu ada keluarga Mandagi, terdiri dari Theo Mandagi, Robbie Mandagi, Alfred Mandagi, dan Chrisye Mandagi. Mereka ikon olahraga terjun payung di Indonesia dan berjasa dalam mengembangkan olahraga tersebut. Mereka telah mengantongi rekor penerjunan lebih dari 2.800 kali, namun kisah hidup mereka berakhir tragis, meninggal saat sedang melakukan terjun payung.

Legenda Memanah Indonesia
Legenda Memanah Indonesia - Donald Pandiangan
Donald Pandiangan
Dia sudah berusia usia 25 tahun saat pertama kali belajar memanah. Akan tetapi tiga tahun setelah itu Donald Djatunas Pandiangan alias Donald Pandiangan, menjadi juara PON 1973 di Surabaya. Pemuda Batak kelahiran tahun 1945 terus tekun berlatih, sehingga dalam Kejuaraan Dunia Panahan 1975 di Australia, ia masuk dalam 12 besar dunia. Bahkan pada PON 1977 di Jakarta, ia berhasil melampaui rekor dunia 70 meter ronde FITA

Menjelang Olimpiade Moscow tahun 1980, Donald yakin akan menjadi atlet Indonesia pertama yang dapat membawa pulang medali Olimpiade. Betapa tidak, rekor dunia sudah ia pecahkan tiga tahun lalu. Tapi harapan tinggal harapan. Uni Soviet menginvasi Afghanistan. Pemerintah Indonesia protes dengan membatalkan keikutsertaan Indonesia di Olimpiade Moscow. Hati "Robin Hood Indonesia" hancur seketika.

Delapan tahun kemudian barulah ia agak terhibur tatkala membawa tim panahan putri asuhannya meraih medali perak di Olimpiade Seoul. Donald tutup usia di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2008.

Para Pelatih Legenda
Sinyo Aliandoe
Legenda Pelatih Olah Raga Indonesia - Sinyo Aliandoe
Di Balik Sukses Sang Atlet
Di balik kesuksesan atlet, ada orang atau tokoh yang berperan besar mengantar atlet menjadi juara. Dialah sang pelatih. Indonesia memiliki sejumlah pelatih yang menjadi legenda, karena dedikasi mereka yang tinggi. Di arena bulutangkis ada nama Tahir Dijde yang telah membawa timnas butu tangkis tiga kali merebut Piala Thomas (1973, 1976, 1979), serta juara di Kejuaran Dunia BWE Tangan dingin Tahir telah melahirkan banyak bintang bulutangkis.

Di sepakbola ada Endang Witarsa alias Liem Soen Joe, ia adalah seorang dokter gigi yang mengabdi sebagai pelatih sepakbola selama 55 tahun, sejumlah klub dan tim nasional pernah merasakan tangan dinginnya. Selain itu ada Tony Poganik, pelatih asal Yugoslavia yang kemudian menjadi WNI. Tony melatih timnas PSSI selama 10 tahun (1954 — 1964). la dianggap sebagai pencetus penerapan sepakbola modern di Indonesia. Tm yang ia latih berhasil menahan imbang tim Rusia di Olimpiade 1956 di Australia. Kemudian Sebastian Sinyo Aliandoe atau Sinyo Aliandoe, dikenal sebagai pelatih sepakbola yang jago mengolah strategi permainan. Lalu ada Wiel Coerver, pelatih asal Belanda yang melatih tim PSSI di era pertengahan 70-an. Meski anak-anak asuhannya urung mendapat prestasi gemilang, namun Wiel Coerver dinilai banyak membantu hak-hak para pemain, terutama dalam hal kesejahteraan.

Legenda Balap Indonesia
Tinton Suprapto
Legenda Balap Indoensia - Tinton Suprapto
Ada sejumlah nama yang dapat disebut perintis balap mobil di Indonesia, seperti Henky Iriawan, Beng Soeswanto, Jan Darmadi, Dolly Tinton, Indra Nasution, dan lain-lain. Namun demikian Tinton Suprapto-lah yang namanya masih bergaung dalam urusan balap mobil di Indonesia. Namanya memang identik dengan dunia otomotif Indonesia.

Sebenarnya, lelaki kelahiran 1945 ini mengawali kariernya sebagai 1 pembalap motor, karena memang itulah hobinya tatkala remaja, selain bertinju. Tahun 1963, Tinton sempat mengikuti sebuah lomba pacu motor nasional dan menang.

Menjelang akhir dekade 60-an, hobi balap roda duanya mulai dialihkan ke balap roda empat. Tahun 70-an Tinton bersama kawan-kawannya kerap berlatih karting (gokart) di jalan Bypass Jakarta. Semenjak itulah Tinton dikenal sebagai pembalap mobil dengan segudang prestasi. Tahun 1985 ia memutuskan tak lagi membalap dan beralih menjadi promotor tinju, olahraga yang dulu ia gemari, dengan mendirikan sasana tinju yang bernama Tonsco. Akan tetapi kemudian, ia dipercaya mengurus Sirkuit Balap Sentul. Dua anak lelakinya, Ananda Mikola dan Moreno mengikuti jejaknya sebagai pembalap mobil handal.

Sumber:
Museum Olah Raga, Taman Mini Indonesia Indah.
***
Museum Olah Raga Indonesia TMII
Hall of Fame Museum Olah Raga Indonesia, TMII
Baca juga:
Suasana Museum Olah Raga Indonesia, TMII:


Related Posts

Posting Komentar