About


Hi, my name is Irpan. I live in Indonesia. This blog is to provide you with my trip stories, my ideas and some other things.

Facebook

BloggerHub

Connect with me

Jadwal Sholat

Darurat Kertas

Posting Komentar
Ini adalah tulisan lama saya, 10 tahun yang lalu. Tapi menurut saya tulisan ini semakin relevan.
===
Kita dan Kertas (Opini)
Oleh: Irpan Rispandi

Proses Pembuatan Kertas
Proses pembuatan Kertas.
attribution: brdisolutions.com, paperonline.org


Kertas. Kata ini sedemikian biasa di telinga kita. Kata yang menunjukkan nama suatu benda yang tipis, putih atau warna-warni, yang kita bisa menuliskan sesuatu padanya. Selain benda tipis yang bisa dibubuhi tulisan, sang kertas juga bisa berwujud piring, serbet, tas, popok, bahkan penutup pintu dan jendela, seperti di rumah-rumah tradisional Jepang.

Pernah kah kita berkenalan lebih jauh lagi dengan si kertas ini? Sebagian dari kita mungkin mencibir, “seperti tidak ada pekerjaan lain saja ”.   Benarkah begitu?

Kertas, si barang biasa yang terlalu biasa untuk kita perhatikan, ternyata punya asal-usul luar biasa. Dan untuk bisa sampai ke tangan kita, sang kertas juga harus melalui berbagai peristiwa yang hebat.   Namun sebelum mengikuti petualangan si kertas sampai ke tangan kita, baiknya kita tahu dulu dari mana kertas bermula. Ya, sebagian dari kita telah mengetahuinya. Bahan baku untuk membuat kertas adalah kayu. Dan kayu berasal dari pohon-pohon yang ditebang di hutan.

Seperti cerita pemuda gunung yang mencari nafkah ke kota, si kertas pun yang berasal dari kayu di hutan harus melalui perjalanan panjang untuk sampai kepada kita. Dia harus menyusuri sungai, naik kapal tongkang, masuk penggilingan di pabrik kertas, kemudian dikemas, lalu diangkut dengan mobil container, masuk gudang dan toko, dikirim ke kantor atau sekolah, dan berakhir di meja. 

Berapa banyakkah kayu yang “berurbanisasi” menjadi kertas di dunia ini? Menurut website www.printgreener.com, satu batang pohon (kayu) menghasilkan sekitar 16 rim kertas. Pernahkah kita menghitung berapa rim kertas yang digunakan oleh suatu kantor dalam sebulan?. 

Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa poin penting tentang kertas yang dikutip penulis dari website www.printgreener.com/earthday.html.

  • 1 ton kertas = 400 rim = 200.000 lembar
  • Utuk memproduksi 1 ton kertas, dibutuhkan 3 ton kayu dan 98 ton bahan baku lainnya.
  • Setiap jam, dunia  kehilangan 1.732,5 hektar hutan karena ditebang untuk dijadikan bahan baku kertas.
  • Untuk memproduksi 3 lembar kertas dibutuhkan 1 liter air.  
Itu untuk memproduksi kertas. Nah selama proses produksi pun, kertas menghasilkan berbagai macam limbah. Diantaranya :

  • Dalam memproduksi 1 ton kertas, dihasilkan gas karbondioksida sebanyak kurang lebih 2,6 ton. Jumlah ini setara dengan gas buang yang dihasilkan sebuah mobil selama 6 bulan.
  • Dalam memproduksi 1 ton kertas, dihasilkan kurang lebih 72.200 liter limbah cair dan 1 ton limbah padat.
  • Setelah kertas dibuang, kertas ini akan terurai. Proses terurainya kertas menghasilkan gas metana. Dan gas metana juga merupakan penyebab pemanasan global. Malahan gas metana ini 20 kali lebih berbahaya dibanding gas karbondioksida, dalam hal menyebabkan naiknya suhu global. 
Jadi, masih menganggap  K E R T A S adalah kata yang biasa ?

Mari kita beralih ke hal lain, namun masih ada hubungannya dengan kertas. Bagi orang yang bekerja di luar rumah, ketika tiba waktunya makan siang, tentu mereka akan makan di warung nasi atau restoran. Namun ada juga yang lebih memilih makan di tempat kerjanya, dan membeli nasi bungkus.

Pernahkan kita perhatikan kertas pembungkus nasi? Ya, selembar kertas cukup tebal dan agak kaku, biasanya dilapisi plastik. Kertas ini menjadi wadah dari santapan siang kita yang, setelah kita selesai makan, kita remas-remas lalu dibuang ke tempat sampah. Praktis. 

Ada berapa orang teman yang makan bersama anda? Diantara mereka itu, berapa orang yang makan nasi bungkus? 2 orang? 3 orang? Pernahkah kita mengira-ngira berapa juta orang yang makan nasi bungkus siang ini, di Indonesia saja dulu. Jika katakanlah ada 1 juta orang yang makan nasi bungkus, berarti ada 1 juta lembar kertas pembungkus nasi yang diremas-remas lalu dibuang ke tempat sampah. Jika 1 juta lembar ini di kumpulkan dalam satu tempat sampah, kira-kira berapa besar ya tempat sampahnya? dan berapa ton berat sampah kertas tersebut?

Itu satu siang saja. Belum lagi makan malam, belum sarapan. Itu dalam sehari. Jika seminggu, sebulan, setahun,  berapa ton kertas yang terbuang? Dan ini berarti berapa hektar hutan yang ditebang.

Kertas pembungkus nasi ini bisa kita golongkan ke jenis kertas sekali pakai. Karena penggunaannya hanya sekali saja, setelah itu dibuang. Berbeda dengan kertas yang menjadi buku, meskipun digunakan atau hanya bisa di cetak sekali, namun buku tidak dibuang. Sebenarnya ada banyak macam kertas yang tergolong kertas sekali pakai. Ada kertas kado, kertas kemasan produk, amplop, dan banyak lagi. Yang pada umumnya, kesemua bahan bakunya sama, yakni kayu dari hutan. 

Mari kita lanjutkan kisah kertas ini. Bagi orang-orang yang hidup di kota besar, mereka tentu sangat akrab  dengan sejenis kertas lembut bernama tissue, entah ia menjadi tissue makan, tissue wajah, atau bahkan tissue kamar manadi. Kertas lembut ini juga bisa berwujud lain seperti popok bayi atau pembalut. 

Di masa serba instan seperti sekarang, kertas lembut ini sedemikian populer digunakan orang. Karena kemudahannya dan kepraktisannya. Orang hanya tinggal membeli, gunakan, lalu buang. Tak perlu repot mencuci dan menjemur seperti halnya jika menggunakan kain lap, kain saputangan atau popok kain. 

Namun kita tidak sadar, ternyata kemudahan tersebut ada harganya. Bahkan sangat mahal.  Untuk mendapatkan kemudahan tersebut, kita sampai mengorbankan hutan-hutan yang tersisa.Baiklah, itu tadi adalah beberapa buah contoh betapa kita (kita disini mencakup penulis, anda pembaca, dan mereka semua yang memanfaatkan kertas dalam semua bentuk) adalah merupakan penggundul hutan meskipun secara tidak langsung. 

Setelah kita mempunyai kesadaran betapa kita telah sedemikian lahapnya “memakan” hutan, alangkah baiknya jika kita berusaha untuk menjadi “tidak terlalu lahap”. Memang tidak dipungkiri bahwa kehidupan di masa sekarang ini, kita tidak bisa terlepas dari memanfaatkan kertas. Namun demikian bukan berarti kita juga bisa sesukanya  dalam menggunakan kertas. Yang ujung-ujungnya menghabiskan secuil hutan yang tersisa.

Berikut adalah beberapa hal yang menurut hemat penulis, bisa dilakukan oleh kita semua dalam rangka mengurangi penggunaan kertas.   Jika kita karyawan suatu perusahaan atau instansi, yang dalam operasionalnya tentu tidak bisa terlepas dari cetak-mencetak, kita bisa melakukan hal-hal berikut:
  • Memanfaatkan halaman kosong dari selembar kertas yang sudah diisi namun tidak dibutuhkan lagi. Halaman kosong ini bisa kita gunakan kembali untuk mencetak data tidak begitu penting atau  untuk dokumentasi saja.
  • Mencetak dokumen dua halaman atau lebih dalam satu lembar.
  • Menggunakan perangkat lunak untuk mengirimkan fax, agar tidak perlu mencetak dulu dokumen yang akan dikirimkan melalui fax.
  • Tidak mencetak hal-hal yang tidak perlu. Halaman web, email, dsb, sebisa mungkin dilihat langsung di layar komputer.  
Dalam kehidupan sehari-hari pun kita perlu untuk membatasi penggunaan kertas. Seperti misalnya:
  • Sebisa mungkin menghindari membeli nasi bungkus. Kita bisa makan di tempat atau di restoranya.
  • Hal yang sama juga berlaku untuk makanan cepat saji yang biasa dibungkus kertas, sebaiknya kita makan di tempat.
  • Kalaupun kita ingin makan di tempat kerja kita, maka kita bisa memesan makanan yang dikemas dengan wadah khusus seperti rantangan, dan sejenisnya.
  • Jika kita bisa menikmati akses internet, maka untuk kebutuhan informasi kita tidak perlu membeli media cetak, yang notabene menggunakan kertas. Kita maksimalkan akses internet untuk mendapatkan segala informasi yang kita butuhkan.
  • Akan lebih baik jika dalam beberapa hal kita bisa memanfaatkan kertas hasil daur ulang.  
Demikian beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam upaya kita mengurangi pemanfaatan kertas. Dan jika kita bisa melakukannya, mudah-mudahan secuil hutan yang tersisa sekarang ini, bisa kita selamatkan.

Sebagai penutup, bagi pembaca yang pernah nonton film yang berjudul “V for Vendetta”, mungkin akan terkesan dengan sebuah konsep tentang ‘ide’. Manusia sang pencetus ide boleh saja mati, namun ide itu sendiri, dia akan senantiasa hidup. Dan ide ini akan diwujudkan lagi oleh orang lain. Demikian seterusnya. 

Hal yang sama berlaku bagi ide ‘hemat kertas’ ini. Penulis hanyalah seorang manusia diantara 6,7 miliar manusia yang menghuni planet ini. Penulis hanya baru bisa menulis dan secara pribadi telah berusaha untuk menjalankan apa-apa yang telah ditulis disini. Dengan adanya ruang untuk menyuarakan dan menyampaikan ide seperti lomba menulis "Membangun Kepedulian Terhadap Kelestarian Hutan"  ini, penulis berharap ide ini bisa dilaksanakan juga oleh manusia lain yang sama-sama menghuni planet Bumi ini. Amin.

http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20081030124646

Related Posts

Posting Komentar