Gadis pemetik Kopi, 1915. Sumber: KITLV |
Tanaman Kopi masuk ke Indonesia pada tahun 1696 dibawa oleh Belanda dari Malabar, India. Sebagai langkah awal, tanaman kopi ini ditanam di pulau Jawa. Hasilnya sungguh menggembirakan, karena tanaman kopi dari India ini tumbuh subur dan menghasilkan kopi berkualitas tinggi.
Seiring kesuksesan tanaman kopi di Pulau Jawa ini, pihak Belanda kemudian menanam lebih banyak lagi kopi di berbagai tempat di Nusantara, seperti Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor, dan daerah-daerah lainnya.
Perjalanan Kopi dari kebun sampai ke cangkir kita:
Tanaman Kopi. Credit: Dzikra Imron |
Pembibitan kopi biasanya dilakukan dalam sebidang tanah yang tidak terkena sinar matahari langsung. Sejak berkecambah, bibit kopi akan disiram secara berkala dan dijaga supaya tidak terkena sinar matahari langsung, sampai bibit siap tanam.
Setelah siap tanam, bibit akan ditanam di lahan-lahan perkebunan kopi. Penanaman bibit biasanya dilakukan pada musim penghujan, ketika tanah dalam keadaan cukup basah sehingga memudahkan akar kopi untuk tumbuh dan menjadi kokoh.
2. Panen Kopi
Dibutuhkan waktu sekitar 3-5 tahun bagi tanaman kopi untuk mencapai usia berbuah, tergantung dari varietas kopinya. Dan tanaman kopi dapat tetap tumbuh dan berbuah hingga mencapai usia 50 - 60 tahun, bahkan ada yang sampai 100 tahun.
Buah kopi yang siap panen adalah buah yang kulitnya sudah berwarna merah. Panen kopi umumnya dilakukan sekali setahun
3. Proses Pencucian
Setelah dipanen, buah kopi akan dimasukan ke mesin pengupas. Mesin ini memisahkan biji kopi dari kulitnya. Biji kopi yang sudah terkelupas ini kemudian dilewatkan ke saluran air. Biji kopi yang ringan akan mengambang, sedang yang berat akan tengelam. Yang tenggelam ini artinya biji kopi yang sudah benar-benar matang.
Kemudian kopi yang tenggelam ini dimasukkan ke drum-drum berputar. Putaran drum ini akan memisahkan biji sesuai ukurannya.
4. Proses Pengeringan
Proses selanjutnnya adalah pengeringan. Pengeringan umumnya dilakukan dengan cara dijemur. Biji dijemur hingga cukup kering dan hanya menyisakan sekitar 11% kelembaban saja dalam bijinya. Pengeringan ini dilakukan supaya biji kopi bisa disimpan untuk waktu yang lama dan tidak membusuk.
5. Proses Pemanggangan
Biji kopi kering yang telah melalui prose penjemuran, biasanya disebut green coffee. Ketika akan dikonsumsi, kopi terlebih dahulu akan dipanggang di mesin pemanggang. Green coffee biasanya berwarna putih, dan setelah dipanggang akan berubah menjadi coklat.
Biji kopi yang telah dipanggang ini kemudian akan digiling menjadi berbentuk bubuk, untuk selanjutnya bubuk kopi ini diseduh dan disajikan.
Secangkir Kopi. Credit:Julius Schorzman |
Proses penyeduhan bubuk kopi ada berbagai cara. Perbedaan cara ini akan menghasilkan perbedaan rasa, tekstur, bahkan tampilan dari minuman kopi.
Sebagai contoh, Espresso memiliki rasa yang kuat dan tajam sedangkan V60 pourover rasanya lebih ringan namun tetap teksturnya kaya.
---
ARABICA VS ROBUSTA
Arabica
Buah Kopi Arabica. Credit: Fernando Rebelo |
- Buahnya Manis, berbentuk oval dan berukuran lebih besar
- Kadar Asamnya tinggi
- Kandungan Kafeinnya rendah
- Daya tahannya kurang, mudah terserang penyakit dan gangguan akibat cuaca yang jelek
- Metoda penanamannya lebih kompleks
- Ditanam di dataran lebih tinggi
- 75% produksi dunia
Robusta
Buah Kopi Robusta. Credit: Prinzessin |
- Kadar asamnya rendah
- Bentuk buahnya lebih bulat dan berwarna pucat
- Kandungann kafeinnya lebih banyak
- Daya tahan terhadap penyakit dan cuaca buruk lebih tinggi
- Metoda penanamannya tidak sekompleks Arabica
- Ditanam di dataran lebih rendah
- 25% produksi dunia
Pemanggangan Kopi
Pemanggangan Kopi cara tradisional. Credit: Dan Bollinger |
Pemanggangan kopi merubah struktur kimia dan tampilan fisik biji kopi. Metoda pemanggangan yang berbeda-beda akan menghasilkan karakter rasa dari kopi.
Biji Kopi Kering belum dipanggang. Credit: Sten Porse |
Biji Kopi Kering hasil penjemuran
Mentah, Kering, Belum dipanggang
Pemanggangan Ringan (Light Roast)
- Warnanya coklat muda
- Tidak ada lapisan minyak pada biji kopi
- Kadar asamnya tinggi
- Rasa buah kopinya masih terasa, lembut
- Warnanya coklat
- Tidak ada lapisan minyak pada biji kopi
- Kadar Asam dan rasanya berimbang,
- Masih ada rasa manis-manisnya
Pemanggangan Medium Dark (Medium Dark Roast)
- Berwarna coklat tua
- Sedikit berminyak pada permukaan biji
- Tidak mengandung asam
- Rasa dan aroma kopinya lebih kuat
- Rasanya pahit manis
- Warnanya hitam mengkilap
- Permukaanya berminyak
- Rasanya pahit hangus
Light, Medium, Dark Roasted Coffee. Credit: yourbestdigs |
Lengkap sekali ulasannya, Mas Irpan, dan beruntung di Indonesia kopi bisa tumbuh dengan subur ya, Mas.
BalasHapusTetangga saya dulu orang Toraja, Mas Irpan. Nah, kalau mudik, dia bawwa biji kopi, lalu disangrai dan ditumbuk sendiri. Itu harum banget, Mas. Kalau pas Bapak saya dikasih, dan baru diseduh, itu aromanya mantap.
Iya, alhamdulillah kita hidup di tanah anugerah yang subur ^_^
HapusSaya sedang belajar tentang kopi, makanya itung-itung catetan kuliah :)
Menarik nih pembahasannya, aku suka baca proses pasca panen sampai ke tangan konsumen. Nice info mas !
BalasHapusTerima kasih mbak Aini ^_^
Hapuswuah.....kece nih ulasannya mengenai kopi. dulu saya sempat ngerasin kopi arabica ter enak (kata penjualnya) dan tadaaaaaa....rasanya kayak makan tauco bauk kopi. hehehehhe. saya sebagai penyuka kopi selalu suka dengan kopi americano. gak tau kenapa, rasanya enak. hampir sebelas duabelas sama gayo.
BalasHapusWah, tauco bau kopi, sepertinya sejenis rasa yang tak biasa ^_^ makasih udah sharing
BalasHapusSuami saya saking cintanya ama kopi, sampe parfumnya juga minta pilihin saya yg aroma kopi, hehe.
BalasHapusNice share yaa Mas Irpan.
Kalau saya malah suka parfum wangi Teh ^_^
HapusTerima kasih mbak Nur
Dibalik kenikmatan dan keharuman kopi, terdapat proses panjang, dan sejarah kopi ternyata berasal dari Belanda, tapi karna suburnya tanah Indonesia membuat kualitas kopi lebih baik
BalasHapusIya mbak, alhamdulillah di Indonesia, kopi menjadi lebih berkualitas.
HapusMantap nih ulasannya tentang kopi. Di tempatku, di Lampung juga penghasil kopi, jenis kopi Robusta karena memang Robusta yang cocok.
BalasHapusSayang saya bukan pecinta kopi, perut suka bereaksi kalau minum kopi. Tapi kalau olahan kopi seperti cake dengan citarasa kopi, aku baru suka.
Saya punya saudara di Lampung Timur, rumahnya deket kebun-kebun kopi gitu juga
HapusSaya suka minum kopi meski bukan pecandu.sampai sekarang masih susah bedain rasa soal arabica maupun robusta. Tapi kopi indonesia itu banyak namanya ya, tergantung darimana asalnya
BalasHapusKita sama mas Andi, lidahnya belum setajam itu mengenali jenis kopi. he..he..
HapusAku pernah dengar, pengolahan kopi yang bagus itu adalah yang tidak terlalu halus. Dan paling senang sekarang konsumsi arabica 😀😀
BalasHapusOh, jangan terlalu halus malah ya?
Hapuskira-kira kenapa ya?
Wah jadi tahu sejarah kopi di Indonesia nih. Ternyata begitu yaa. Dan prosesnya dari panen sampe jadi kopi siap seduh juga cukup panjang yaaa. Penikmat kopi mana suaranya.... Hehe
BalasHapusYa, begitulah kisah kopi Mbak Qoty ^_^
HapusOh jadi kopi kita itu bawaan dari India ya? Kukira asli tanah kita hehe :D
BalasHapusTapi pada akhirnya emmang cocok ya ditanam di negara ini dan malah banyak dibudidayakan, hasilnya malah kopi asal Indonesia banyak diekspor dan dinikmati sama org luar jg :D
Alhamdulillah, tanah kita tanah anugerah ya mbak.
HapusMemang asyik kalau berbicara filosofi kopi ya, banyak jg jenis2 kopi dan rata2 hampir semua orang suka kopi apalagi kalau dibuat makanan lain
BalasHapusKebetulan saya jualan kopi nih.. Kopi gayo, klo minat sila hub saya ya hehehehhe
BalasHapusWah saya jadi tahu bagaimana perjalanan sebuah kopi mulai dari biji kopi di pohon sampai menjadi kopi diatas meja yang siap di minum.
BalasHapusSebagai penikmat kopi kusuka artilel ini..lengkap. Baru tahu metoda pemanggangan yang berbeda-beda akan menghasilkan karakter rasa dari kopi.
BalasHapusDitunggu part 2 nya
Berbicara dengan kopi aku jadi kangen dengan kebun kopi orangtuaku yang luasnya hektaran isinya kopi semua. Aku sudah belajar mulai dari menanam, memelihara, memetik, menggiling, menjemur sampai menjadikannya secangkir kopi. Hmmm pasti kenal dong kopi sidikkalang
BalasHapusNgomongin kopi memang menarik.. Selain rasanya yang banyak disuka, sejarahnya pun uniK ya...
BalasHapus