About


Hi, my name is Irpan. I live in Indonesia. This blog is to provide you with my trip stories, my ideas and some other things.

Facebook

BloggerHub

Connect with me

Jadwal Sholat

Mengurangi Stress Dengan Jalan-Jalan Ke Alam Bebas

Posting Komentar

Berdasarkan pengalaman saya, melakukan kegiatan hiking atau aktifitas outdoor lainnya dengan jalan-jalan di Mall, itu terasa sekali perbedaannya.

Ketika kita jalan-jalan di Mall, meski suasananya serba nyaman, lampu gemerlapan, musik yang asik, pramuniaga yang cantik-cantik, namun tetap tidak bisa memberikan semacam kepuasan yang hakiki... cie. Lain halnya ketika kita jalan-jalan ke tempat yang alami, baik itu hutan ataupun pantai. Meski segalanya serba sederhana, namun semua kehijauan, angin sepoi-sepoi, suara beraneka satwa, atau deburan ombak yang tiada henti, memberikan semacam kesenangan yang penuh dan lengkap.

Saya yakin semua orang setuju tentang jalan-jalan di alam itu menyenangkan, dan bagi yang belum sebaiknya segera setuju karena berdasarkan penelitian ilmiah, memang terbukti bahwa melakukan perjalanan di alam terbuka itu bermanfaat sangat baik bagi kesehatan terutama kejiwaan kita.

Sebuah studi telah dilakukan oleh para peneliti di the Max Planck Institute for Human Development. Hasil studi tersebut memberikan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa dengan berjalan satu jam di hutan, itu dapat mengurangi aktivitas di area otak yang bertanggung jawab untuk memproses stres. Dengan kata lain, jalan-jalan di hutan dapat mengurangi stress.

Ya itu mah semua juga sudah tau. Eit jangan protes dulu, karena hasil penelitian tersebut memberikan jawaban terhadap pertanyaan, mengapa stressnya bisa berkurang? Apa yang terjadi?

Selama beberapa dekade para peneliti telah mencatat banyak sekali perbedaan kesehatan mental antara orang yang tinggal di lingkungan pedesaan dan perkotaan. Tetapi pertanyaan seputar hubungan antara alam dan relaksasi tetap tidak terjawab. Adalah Sonja Sudimac, penulis utama dari penelitian institut Max Planc diatas, mengatakan bahwa belum jelas, apakah lingkungan perkotaan yang menyebabkan lebih banyak stres, atau apakah paparan lingkungan alam yang mengurangi stres?

“…sejauh ini seperti masalah ayam dan telur yang tidak bisa diurai, yaitu apakah alam benar-benar menyebabkan efek pada otak atau apakah individu tertentu memilih untuk tinggal di daerah pedesaan atau perkotaan,” kata Sudimac.

Untuk mencari jawabannya, para peneliti merancang eksperimen unik untuk mengetahui apakah menghabiskan waktu di alam secara langsung mengurangi respons stres kita.

Penelitian ini melibatkan sekitar 60 sukarelawan. Setibanya di lab, setiap sukarelawan menjalani pemindaian MRI, untuk merekam aktivitas kelenjar Amigdala. Mereka direkam aktifitas Amigdalanya ketika mengerjakan beberapa tes untuk mengukur respons stresnya.

Setelah pemindaian dilakukan dan data aktifitas Amigdala didapatkan, para sukarelawan kemudian melakukan perjalanan selama 60 menit. Sebagian berjalan kaki di tengah kota, sebagian lagi berjalan kaki di area hutan dipinggiran kota.

Rute perkotaan berada di sepanjang jalan yang sibuk di Berlin, sedangkan rute alamnya melalui hutan terdekat, area hijau terbesar di pinggir kota. Setelah menyelesaikan perjalanan selama satu jam, para sukarelawan kembali ke lab dan mengulangi tes pencitraan MRI yang sama.

Di semua tes stres, penurunan aktivitas di amigdala terdeteksi pada kelompok jalan alam. Mereka yang berjalan di rute perkotaan tidak menunjukkan perubahan aktivitas amigdala. Ini berarti paparan perkotaan tidak serta merta meningkatkan respons stres seseorang, tetapi waktu di alam dapat meredam aktivitas saraf itu.

“Kami mendapatkan data bahwa aktivasi amigdala menurun selama test stres setelah paparan alam, sedangkan tetap stabil setelah paparan perkotaan,” para peneliti menyimpulkan dalam studi baru. "Ini sangat mendukung efek salutogenic dari alam yang bertentangan dengan paparan perkotaan yang menyebabkan stres tambahan."

Temuan baru yang menarik mengikuti dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan kesehatan otak dapat dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan area hijau. Jadi penduduk kota yang tinggal lebih dekat dengan lingkungan yang hijau, hutan kota ditemukan memiliki struktur amigdala yang lebih sehat secara fisiologis dibandingkan dengan mereka yang tinggal di kota tanpa akses dekat ke ruang hijau.

Simone Kühn, dari Lise Meitner Group for Environmental Neuroscience, mengerjakan kedua studi tersebut dan sebelumnya berpendapat bahwa perencana kota harus memasukkan ruang hijau ke dalam desain kota untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan mental. Kühn mengatakan temuan baru ini dengan jelas menunjukkan bagaimana waktu singkat yang dihabiskan di alam dapat secara langsung mengurangi aktivitas stres di otak.

“Hasilnya mendukung hubungan positif yang diasumsikan sebelumnya antara alam dan kesehatan otak, tetapi ini adalah studi pertama yang membuktikan hubungan sebab akibat,” kata Kühn. “Menariknya, aktivitas otak setelah jalan-jalan perkotaan di wilayah ini tetap stabil dan tidak menunjukkan peningkatan, yang bertentangan dengan pandangan umum bahwa paparan perkotaan menyebabkan stres tambahan.”

Studi baru ini diterbitkan di Molecular Psychiatry, dan artikel tentang ini saya dapatkan dari newatlas dot com.

So, dengan demikian temen-temen sekalian, jika kalian sering merasakan stress, ada baiknya kita jalan-jalan ke tempat-tempat yang alami, entah itu hutan, pantai atau minimal taman kota yang banyak pohon-pohon besarnya.

Jika kita banyak terpapar dengan lingkungan yang hijau, maka level stress kita bisa menurun.

Yuk jalan-jalan ke alam.

Related Posts

Posting Komentar