About


Hi, my name is Irpan. I live in Indonesia. This blog is to provide you with my trip stories, my ideas and some other things.

Facebook

BloggerHub

Connect with me

Jadwal Sholat

Valentine yang Rawan Penyimpangan

Posting Komentar

Kita semua setuju bahwa manusia normal akan merasakan perasaan sayang. Perasaan sayang ini ada dan tak mengenal waktu. Pagi, siang, malam, hujan, badai, cerah, berawan, perasaan sayang itu tetap melengkapi manusia. Perasaan sayang ini digunakan dalam banyak hal dalam kehidupan manusia. Dengan rasa sayang, ibu merawat dan melindungi anaknya, ayah bekerja untuk menghidupi keluarganya, pemuda rela mendaki gunung menyebrangi lautan untuk menemui pemudi, dll.

Disisi lain manusia suka dengan simbol dan perayaan. Ada perayaan hari kemerdekaan, perayaan keagamaan,perayaan pernikahan, dll. Satu yang berkembang di abad modern sekarang ini adalah perayaan Hari Kasih Sayang.

Dengan adanya perayaan hari kemerdekaan, maka rakyat di suatu negara mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan rasa patriotismenya, rasa cinta negaranya. Dengan adanya hari perayaan keagamaan, maka umat beragama berkesempatan untuk menjalankan ajaran agamanya dan mendapatkan pencapaian-pencapaian sesuai dengan ajaran agamanya tersebut. Dengan adanya perayaan kasih sayang orang mendapat kesempatan untuk mengungkapkan betapa sayangnya dia kepada seseorang (anak, istri/suami, orang tua, dsb). Meski rasa sayang itu mereka rasakan setiap hari sepanjang tahun, namun tetap saja mereka perlu untuk meresmikan perwujudan rasa sayangnya pada satu hari, yakni hari perayaan kasih sayang.

Perayaan kasih sayang yang saya maksud ini tak lain dan tak bukan adalah hari Valentine.

Selain untuk raya-merayakan, kesempatan Valentinan rupanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang cermat membidik peluang. Dalam hal ini peluang mendapatkan uang. Karena Valentine menyangkut hajat hidup orang banyak, yakni tentang rasa sayang. Dan karena rasa sayang itu enak. Dan orang suka yang enak-enak. Maka apapun yang berkaitan dengan Valentinan, karena itu  enak, orang akan dengan sukarela memberikan uangnya pada "penjaja Valentinan". Toko coklat laku, toko hadiah diserbu, restoran fullbooking, dsb. Hotel? jangan ditanya.

Sehingga jika bagi kebanyakan orang, Valentine = kasih sayang, maka bagi pebisnis, Valentine = uang.

Sejauh ini sah-sah saja kan, ada orang yang merayakan Valentine untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada seseorang atau sesuatu, ada juga orang yang memanfaatkan Valentine untuk meraup cuan.

Namun ke-sah-an ini jadi terganggu ketika terjadi penyimpangan. Ya... setidaknya penyimpangan ini dilihat dari sudut pandang masyarakat kita, orang Indonesia.

Ketika seorang pemuda menunjukkan rasa sayangnya kepada seorang pemudi, dengan membawakan seikat mawar dan sekotak coklat berbentuk hati, itu sah-sah saja kan? Dengan mendapat hadiah tersebut si pemudi jadi bertambah rasa sayangnya. Hanya saja, ketika luapan rasa sayang ini meluber dan tidak tertampung, hal ini jadi mempengaruhi tingkah laku keduanya. Sang pemuda dan pemudi jadi dimabuk rasa sayang. Bermula dari senyum senang, dilanjut dengan pegang tangan, berikutnya berpelukan, tak lama kemudian... bersenggama.

Kalau antara pemuda dan pemudi tersebut sudah terikat dengan janji suci pernikahan, maka mau hubungan suami istri juga gak apa-apa. Namun kalau keduanya belum nikah, ini yang jadi masalah.

Di Nusantara, aktivitas sex di luar nikah adalah salah dan melanggar norma-norma masyarakat dan ajaran agama. Beda dengan negara-negara lainnya, mereka menempatkan sex sebagai salah satu bentuk interaksi antar individu, yang boleh dilakukan siapa saja, meski tanpa ada ikatan pernikahan.

Kita semua tahu, yang namanya "penyimpangan" biasanya berkonotasi negatif. Nah penyimpangan yang dilakukan pada perayaan hari kasih sayang juga membawa dampak negatif.

Mari kita fokus pada penyimpangan yang paling besar, yakni sex di luar nikah. Aktifitas sex, sejatinya bukan sekedar bentuk interaksi antar individu. Pada sex ada tanggung jawab, ada nilai moral, belum lagi sex juga diatur dalam ajaran agama-agama. Jika ada yang melakukan sex di luar nikah, maka mereka telah melanggar semuanya. Mereka melanggar norma masyarakat, melanggar ajaran agama, mereka juga bisa dikatakan orang yang tidak bertanggung jawab. Mengapa "tidak bertanggung jawab?" Karena sex diluar nikah biasanya dilakukan oleh orang yang hanya mencari kesenangan saja. Dia ingin menikmati sex, namun tidak mau terikat dengan segala aturan dan tidak mau menerima semua konsekwensi dari sex seperti anak, keluarga, kewajiban memberi nafkah, dsb.

Dari sekian banyak akibat negatif dari sex di luar nikah, yang paling berat konsekwensinya adalah pelanggaran terhadap ajaran agama. Mengapa melanggar ajaran agama itu paling berat akibatnya? Karena agama itu berhubungan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan setelah kematian. Ketika kita melanggar ajaran agama, maka akibat negatifnya bisa terjadi sekarang ketika hidup, dan juga akan kita tanggung pada kehidupan setelah kematian. Dan kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang tak berujung, tak dibatasi oleh kematian lagi.

Jika diantara kita ada yang berpendapat, bahwa setelah manusia mati maka semuanya selesai, gak ada kehidupan berikutnya ..., baik, itu pendapat yang pantas dihormati. Silahkan menjalani hidup berdasarkan pendapat itu.

Hanya saja bagaimana jika pendapat itu salah? Bagaimana jika setelah kematian ada kehidupan lagi? sementara kita terlanjur hidup tanpa mengikuti ajaran agama? bagaimana nasib kita nanti?

Mungkin ada yang bersikeras, "gue tetep nggak percaya ada kehidupan setelah kematian", baik ... silahkan ...

Kalau itu benar, tidak ada kehidupan setelah mati, maka mereka yang gak percaya ada hidup setelah mati nggak untung, sedangkan mereka yang percaya ada hidup setelah mati juga nggak rugi. Karena ketika kita mati, ya udah, selesai.

Tapi apa jadinya jika kita salah? Ternyata setelah kita mati ada kehidupan berikutnya, nah lo! ...  celaka kan? Kita akan menderita di kehidupan berikutnya, sialnya, kehidupan setelah mati itu gak ada ujungnya, gak mati-mati. Kalau kita sengsara di sana, ya bakal sengsara terus, tapi nggak mati-mati. Apa nggak rugi besar kita?

"Tapi bro, kita Valentinan kan bukan untuk sex". Sebagian mungkin berkata demikian.

Ok, selamat, jika ada yang berpendapat bahwa valentine bukan berarti sex. Itu mencerminkan kedewasaan dalam berpikir. Masalahnya, anggota masyarakat kita terutama para pemuda dan pemudi yang baru mulai mengenal rasa sayang pada lawan jenis, mereka mudah terbuai dengan rasa sayang itu. Dan mereka belum mampu menangani luapan rasa sayang yang timbul dari perayaan Valentine. Mereka beresiko besar melakukan penyimpangan.

Dalam hal ini kita tidak bisa bersikap egois dengan berkata "yang penting gue gak melakukan penyimpangan". Kita harus juga peduli pada mereka yang masih belum dewasa dalam berpikir. Mereka yang beresiko besar terkena dampak negatif dari hari Valentine. Kita harus peduli terhadap mereka, kita harus melindungi mereka. Setuju?

Nah, jika memang kita peduli, apa yang akan kita lakukan?


***

image source:
needpix.com

Related Posts

Posting Komentar