Air minum kemasan |
Air Minum dalam Kemasan
Long weekend kemarin ceritanya saya sekeluarga rekreasi ke SnowBay, TMII. Alhamdulillah kami kebagian rejeki dari saudara yang dapet tiket gratis masuk SnowBay dari produk Buavita. Ketika mau berangkat, saya cek indikator bensin motor saya, ternyata ada di zona merah. Wah harus isi bensin nih. Jadilah diperjalanan mampir dulu ke pom bensin. Syukurlah motor tetap bisa diisi premium. Kirain sudah gak boleh karena ada kebijakan aneh. Saya mengisi Rp. 10rb. lumayan dapet 2,222 ltr bensin :)
Ketika menunggu saudara di titik pertemuan di daerah pasar rebo, saya membeli air minum kemasan ukuran 1 liter, 2 botol dan saya harus membayar Rp. 8rb. Saya pun menyerahkan uang Rp. 5rb-an dua lembar. Sambil menunggu kembalian, saya sempet mikir.... hemm... ternyata harga bensin satu liter sama harga air satu liter cuman beda 500 rupiah....
Berarti perusahaan-perusahaan minyak dan perusahaan air kemasan, kaya banget ya. Lha satu liter bensin sama satu liter air, harganya beda dikit. Padahal dulu mungkin gak kepikiran ya, air bisa hampir semahal minyak bumi.
Saya jadi inget sebuah video yang mengupas tentang bisnis air kemasan di Amrik. Video yang berjudul "The Story of Bottled Water". Saya pertama kali melihatnya di website http://www.inhabitat.com/2010/03/22/annie-leonard-releases-the-story-of-bottled-water-on-world-water-day/ , ketika peringatan hari air sedunia. Bisa juga di lihat di website resminya di: www.storyofbottledwater.org.
Video tersebut membeberkan tentang 'Manufactured Demand', bagaimana perusahaan air minum kemasan di USA berusaha mengalihkan pilihan orang, dari meminum air keran (Tap Water), menjadi membeli air minum kemasan (Bottled Water). Meskipun harga Bottled Water itu 2000 kali lebih mahal dari harga Tap Water. Namun dengan strategi yang jitu, mereka berhasil membuat orang membeli bottled water. Strategi tersebut adalah:
- Scare us
- Seduce us
- Mislead us
Strategi yang pertama, mereka menakuti masyarakat. Mereka mengatakan bahwa air keran itu tidak higienis, dan hanya pantas dipakai untuk memasak dan mencuci saja.
Strategi yang kedua, perusahaan air minum kemasan merayu masyarakat, dengan menggambarkan pemandangan alam seperti pegunungan di kemasannya. Padahal air minum kemasan itu, sumber airnya ya Tap Water juga. Dan ini terbukti pada air minum kemasan merek "Aquafina" dan "Dasani". Dalam iklan satu halaman penuh baru-baru ini, Nestle menyatakan bahwa Air minum kemasan merupakan produk konsumsi paling peduli lingkungan. Ini tidaklah benar, karena sebenarnya air minum kemasan ini merupakan penghasil sampah, dari sejak pra produksi, sampai selesai dikonsumsi.
Bukti bahwa air minum kemasan itu produsen sampah yang sangat besar diantaranya:
- Setiap tahunnya, pembuatan botol plastik untuk mengemas air minum, membutuhkan energi dan minyak bumi yang banyaknya cukup untuk mengisi 1jt mobil. Itu baru di Amerika saja, bagaimana dengan seluruh dunia?
-Meminum air dalam kemasan hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 menit saja, dan setelah itu botol plastiknya di buang. Nah, disinilah masalah dimulai. Dari semua botol plastik yang dibuang itu, hanya 20% saja yang dikumpulkan untuk di daur ulang (Recycle). Sisanya 80% masuk ke tempat pembuangan akhir sampah. Dan kalau terkubur, botol-botol plastik ini tidak akan terurai sempurna sampai 1000 tahun! kalaupun ada botol yang dibakar, tetap saja proses pembakaran ini menyebarkan gas-gas beracun ke atmosfir.
Nah botol yang 20% yang masuk daur ulang, sebenarnya mereka punya kisah tersendiri. Botol-botol plastik ini dikirim ke India. Annie Leonard, si narator dalam video ini, mengatakan bahwa dia datang sendiri ke India, ke sebuah perbukitan di wilayah Madras, untuk melihat tempat pembuangan botol plastik ini. Dan disana memang terdapat tempat pembuangan botol plastik tersebut.
Tujuan dari Recycle sebenarnya adalah memproses kembali botol plastik bekas menjadi botol plastik baru yang bisa dipakai kembali. Namun yang terjadi sebenarnya bukanlah Recycle namun Downcycle, dimana botol-botol tersebut hanyalah jadi sampah yang dibuang di negara lain. (jadi inget Indonesia, tempat pembuangan limbah berbahaya he..he..he..)
Nah cerita tentang botol plastik yang ke India tersebut tidaklah sampai di masyarakat. Dan ini merupakan strategi ke 3 perusahaan air minum kemasan, yakni misleading us.
Dan tiga strategi tersebut, Scare us, Seduce Us, dan Misleading Us, merupakan core part dari 'manufactured demands'.
Dalam suatu publikasi, Pepsi nyata-nyata mengatakan bahwa musuh terbesar adalah Tap Water. Mereka ingin kita yakin bahwa air keran itu kotor, dan air kemasan adalah alternatif terbaik. Memang di banyak tempat, kondisi air tidaklah bagus, sudah banyak terkontaminasi. Namun jika kita merunut lebih jauh, dari mana sih asalnya bahan berbahaya yang mengkontaminasi air itu? ya dari pabrik penghasil air kemasan salah satunya, termasuk pabrik-pabrik bahan lain yang tergabung dalam rantai produksi air minum kemasan.
Dalam video tersebut, annie leonard memberikan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk 'memerangi' manufactured demand air minum. yakni:
- Jangan minum air kemasan, kecuali air di tempat kita benar-benar tidak layak konsumsi.
- Bergabung dengan komunitas yang mencari solusi riil seperti,berinvestasi dalam infrastruktur publik. Di Amerika, Sistem Tap Water memperoleh alokasi biaya 24 Miliar Dollar. Namun demikian orang-orangnya yang hidup di kota-kota besar, tetap saja membeli air minum kemasan. Belum lagi jutaan dolar yang dikeluarkan untuk mengurus sampah botol plastik. Tidakkah lebih baik jika uang jutaan dolar tersebut dialokasikan untuk membantu orang-orang di luar sana yang mengalami kesulitan memperoleh air bersih? atau digunakan untuk mendanai gerakan pencegahan polusi.
- Meloby pemerintah setempat untuk mengaktifkan kembali air mancur tempat minum (drinking fountains)
- Memboykot air kemasan, baik di tingkat sekolah, organisasi, bahkan kalau mungkin di seluruh kota.
Pada bagian akhir video ini Annie Leonard mengajak untuk menyadarkan orang-orang, dan kemudian menyelamatkan isi dompetnya, menjaga kesehatannya, dan lebih dari itu melindungi planet bumi.
Video tersebut memang menceritakan yang terjadi di Amerika. Dan dalam beberapa hal kondisi di Indonesia tidaklah sama dengan di USA. Contohnya air keran, you know what i mean laah. Jadi ya mau tidak mau, kita tetap mengkonsumsi air minum kemasan.
Meski demikian saya tetap saja narik nafas, ketika sadar bahwa harga satu liter air hampir sama dengan harga satu liter bensin.
Posting Komentar
Posting Komentar