Suatu hari di bulan desember 2012, saya melakukan kunjungan kerja ke Pulau Dewata. Ini adalah kunjungan pertama saya ke Bali. Seumur-umur saya belum pernah ke Bali ^_^. 3 hari lamanya saya di sana, berangkat Jum'at pulang Minggu.
Hari itu hari terakhir saya di Bali dan saya harus sudah berada di Bandara jam 1 siang. Namun di waktu yang tersisa ini saya tidak mau melewatkan satu hal. Jam 7 pagi, dari tempat saya menginap di daerah Sanur saya segera menuju ke pantai Seminyak, untuk melakukan satu hal yang sangat saya inginkan yakni Selancar alias Surfing.
Pantai masih sepi pagi itu, saya segera menuju ke tempat penyewaan papan selancar. Disitu berjejer berbagai tipe papan dan saya memilih papan jenis longboard. Karena menurut teori, kalau baru mulai belajar itu sebaiknya menggunakan papan longboard dulu. Ya, beberapa minggu sebelum ke Bali itu, saya banyak menghabiskan waktu untuk mempelajari teori Surfing, baik dari artikel di website-website maupun video-video di youtube.
Ok, show time, kata saya dalam hati
. Saya perhatikan tanda-tanda bendera yang dipasang di pantai. Bendera itu menandai daerah mana yang aman dan daerah mana yang berbahaya karena ada arus balik yang besar. Saya memilih daerah yang aman tentu saja. Saya masuk ke air, menaiki papan, dan mulai paddling, mengayuh papan ketengah. Setelah mencapai daerah dimana ombak terbentuk, saya mulai membalik kemudian coba untuk duduk di papan. Hasilnya, berkali-kali saya mencoba, tetap terguling ^_^. Ok, gak usah duduk deh, langsung tembak aja. Begitu ombak agak besar datang, saya tiarap di papan. Begitu papan terasa mulai meluncur kedepan, saya ambil ancang-ancang untuk berdiri, daan.... belum sempat saya berdiri, tubuh saya terpelanting kemudian tercebur ke air dan digulung ombak. Percobaan pertama gagal total.
Selama lebih dari satu jam saya berjibaku, bergumul dengan ombak, mencoba untuk berdiri diatas papan. Namun hasilnya tetap saja. Jangankan bisa meluncur meliuk-liuk dengan indah seperti yang dilakukan orang-orang, bisa berdiri di papan saja saya kesulitan.
Hari semakin siang, saya masih semangat untuk mencoba dan mencoba lagi. Saya tetap paddling lagi ketengah meski senantiasa digulung ombak ^_^. Sayangnya jadwal tak memungkinkan, dan saya harus menyudahinya. Kalau tidak saya bisa ketinggalan pesawat. Karena itu meski masih betah bergumul dengan ombak, saya harus kembali ke tempat saya menginap untuk berkemas-kemas. Saya meninggalkan pantai Seminyak dengan perasaan masygul, karena tidak berhasil menunggangi ombak. Namun saya sadar, bahwa berselancar itu tidak semudah kelihatannya. Kita harus banyak berlatih dan sebaiknya ada instruktur yang mengajari kita.
Sejak itu saya seolah memendam rindu dengan olahraga yang satu ini. Namun sejak itu pula saya belum dapat kesempatan lagi untuk bercanda dengan ombak.
Saya memang suka kegiatan-kegiatan Outdoor, baik itu di Darat maupun di Laut. Di Darat, saya suka juga Hiking alias Naik Gunung. Meski "portfolio"-nya belum banyak ^_^. Saya pernah beberapa kali naik G. Gede, beberapa kali ke G. Papandayan, sekali ke G. Salak, dan sekali ke G. Ciremai. Dari kesemua perjalanan itu, yang paling dramatis adalah ketika naik G. Salak, karena saya mendapat oleh-oleh berupa 6 sengatan lebah, 5 di kepala dan 1 di jempol tangan kanan. Kisah perjalanan saya mendaki Gunung Salak bisa disimak disini.
Dan hiking terakhir yang saya lakukan adalah ke G. Papandayan, yakni tanggal 8-9 November 2014 lalu. Disini saya bisa mendapatkan foto-foto yang saya merasa puas akan moment-momentnya. Berikut beberapa diantaranya:
Melakukan kegiatan Outdoor membuat saya bisa sejenak lepas dari rutinitas dan bisa mewujudkan ide-ide maupun keinginan-keinginan yang terpendam. It's like unleash your wild side at a proper place.
Dan sekarang saya mendapatkan kesempatan untuk bisa melakukan lagi kegiatan Outdoor yang saya inginkan. Kesempatan itu datang ketika tulisan saya yang berjudul: "The Medieval Banquet, mesin waktu ke Abad Pertengahan" terpilih menjadi salah satu dari 4 top writing di IN or OUT Writing Competition.
Dengan menjadi top 4 Writing di IN or OUT Writing Competition, saya berkesempatan untuk memenangkan Grand Prize berupa sebuah Travel Experience senilai 10 juta rupiah. Saya akan berkompetisi dengan 3 orang pemenang top writing lainnya untuk menjadi Best of The Best dengan cara membuat sebuah travel plan yang membutuhkan biaya sebesar 10 juta rupiah.
Begitu saya membaca tentang kompetisi ini, hati saya langsung bilang SURFING! Namun kayaknya kalau Surfing doang mah gak nendang, lagipula dana yang tersedia itu 10 juta. Untuk liburan di dalam negri dan untuk orang sekelas saya mah, 10 juta itu melimpah ruah.
Btw, kenapa saya nggak milih jalan-jalan ke Luar Negri ya? minimal Singapur gitu atau Malaysia.
Ya! saya harus memenuhi kerinduan saya dulu akan Surfing. Selain itu, kesempatan emas ini harus saya manfaatkan sebaik mungkin. Saya ingin mendapatkan sesuatu yang lebih, lebih berkesan dan lebih bermanfaat. Kalau saya memilih jalan-jalan ke luar negri, saya memang akan mendapatkan banyak hal, seperti pengalaman, pengetahuan dan wawasan akan negeri tersebut, saya akan mendapatkan oleh-oleh, foto-foto dan cerita untuk diceritakan ke teman dan keluarga. Tapi tidak, saya ingin lebih dari itu.
Karena itu saya memutuskan untuk liburan sekaligus berguru Surfing. Dengan demikian, disamping saya mendapatkan oleh-oleh, foto dan cerita, saya mendapatkan hal lain lagi yang lebih berharga, yakni keterampilan menunggangi ombak alias Selancar atau Surfing.
Supaya mantap, padepokan Surfing yang dipilih juga yang profesional yakni Rip Curl School of Surf di Bali. Yup Rip Curl punya nama besar di dunia selancar. Dan dengan berguru disana, saya yakin akan mendapat kemajuan yang pesat, dibanding hanya 1 - 2 jam otodidak seperti yang saya lakukan di pantai Seminyak dulu ^_^.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa Surfing? Entahlah, saya merasa begitu suka pada ombak dan laut yang maha luas. Saya merasa nyaman ketika berada dalam pelukan air dan gelombang. Saya merasa ada teman bermain, merasa dekat dan senang.
Nah seperti yang saya katakan tadi, kalau Surfing doang mah nggak nendang. Apa lagi dananya ada. Makanya selain Surfing saya juga ingin melakukan hal berikutnya yang tak kalah menantang, yakni menginjakkan kaki di puncak gunung tertinggi ke 2 di Indonesia yakni puncak gunung Rinjani di Pulau Lombok (puncak tertinggi nomor 1 di Indonesia adalah puncak Carstenz di Papua). Kebetulan jarak Bali - Lombok relatif dekat. Makanya dalam travel plan yang saya susun ini, saya sertakan juga Hiking ke Rinjani. Lengkaplah perjalanan saya, Laut dapat Gunung pun didapat.
Ok, tujuan telah ditetapkan, tahap berikutnya adalah teknis perjalanan. Berapa lama berguru Surfing berapa lama Hiking. Bagaimana transportasinya. Dimana saja mau menginap. Makannya gimana, dll. Ini yang sangat makan waktu untuk mencari tahu.
Travel yang saya rencanakan, berlangsung mulai tanggal 13 - 21 Desember 2014. Pertimbangannya adalah ini belum masuk waktu Liburan Natal & Tahun Baru. Sehingga harga-harga belum naik ^_^ selain itu, Pantai dan Gunungnya juga belum terlalu ramai.
Adapun garis besar kegiatannya begini:
Penyusunan budget Travel ini membutuhkan waktu lumayan lama. Dan saya sangat mengandalkan internet untuk itu. Saya mencari referensi tentang bagaimana cara mencapai tempat ini, bagaimana kondisi disitu, nginapnya gimana, jasa yang tersedia apa saja, bla bla bla, dan yang paling penting adalah harga he..he..he..
Karena meski 10 juta itu banyak buat saya, namun tetap saja itu terbatas, dan saya harus benar-benar merencanakan penggunaan dana itu dengan matang. Apalagi tanggal 18 November 2014 kemarin, harga BBM resmi naik. Itu tentu berpengaruh pada harga-harga baik barang maupun jasa.
Setelah meramu dan meracik, mencari dan membandingkan berbagai biaya, paket dan jasa, jadilah tabel dibawah ini sebagai rincian pembiayaan perjalanan saya berguru Surfing di Bali dan mencapai puncak tertinggi ke 2 di Indonesia, puncak Rinjani di pulau Lombok.
Tabel diatas disusun setelah menimbang berbagai kemungkinan. Diantara banyak pilihan, kita harus mantap mengambil satu keputusan. Sesuai semangat dari kompetisi ini yakni Decision yang diwakili dengan sebuah frasa singkat namun membangkitkan semangat "Are you IN or OUT".
***
Hari itu hari terakhir saya di Bali dan saya harus sudah berada di Bandara jam 1 siang. Namun di waktu yang tersisa ini saya tidak mau melewatkan satu hal. Jam 7 pagi, dari tempat saya menginap di daerah Sanur saya segera menuju ke pantai Seminyak, untuk melakukan satu hal yang sangat saya inginkan yakni Selancar alias Surfing.
Berpose setelah berkali-kali digulung ombak pantai Seminyak |
Ok, show time, kata saya dalam hati
. Saya perhatikan tanda-tanda bendera yang dipasang di pantai. Bendera itu menandai daerah mana yang aman dan daerah mana yang berbahaya karena ada arus balik yang besar. Saya memilih daerah yang aman tentu saja. Saya masuk ke air, menaiki papan, dan mulai paddling, mengayuh papan ketengah. Setelah mencapai daerah dimana ombak terbentuk, saya mulai membalik kemudian coba untuk duduk di papan. Hasilnya, berkali-kali saya mencoba, tetap terguling ^_^. Ok, gak usah duduk deh, langsung tembak aja. Begitu ombak agak besar datang, saya tiarap di papan. Begitu papan terasa mulai meluncur kedepan, saya ambil ancang-ancang untuk berdiri, daan.... belum sempat saya berdiri, tubuh saya terpelanting kemudian tercebur ke air dan digulung ombak. Percobaan pertama gagal total.
Selama lebih dari satu jam saya berjibaku, bergumul dengan ombak, mencoba untuk berdiri diatas papan. Namun hasilnya tetap saja. Jangankan bisa meluncur meliuk-liuk dengan indah seperti yang dilakukan orang-orang, bisa berdiri di papan saja saya kesulitan.
Hari semakin siang, saya masih semangat untuk mencoba dan mencoba lagi. Saya tetap paddling lagi ketengah meski senantiasa digulung ombak ^_^. Sayangnya jadwal tak memungkinkan, dan saya harus menyudahinya. Kalau tidak saya bisa ketinggalan pesawat. Karena itu meski masih betah bergumul dengan ombak, saya harus kembali ke tempat saya menginap untuk berkemas-kemas. Saya meninggalkan pantai Seminyak dengan perasaan masygul, karena tidak berhasil menunggangi ombak. Namun saya sadar, bahwa berselancar itu tidak semudah kelihatannya. Kita harus banyak berlatih dan sebaiknya ada instruktur yang mengajari kita.
Sejak itu saya seolah memendam rindu dengan olahraga yang satu ini. Namun sejak itu pula saya belum dapat kesempatan lagi untuk bercanda dengan ombak.
Saya memang suka kegiatan-kegiatan Outdoor, baik itu di Darat maupun di Laut. Di Darat, saya suka juga Hiking alias Naik Gunung. Meski "portfolio"-nya belum banyak ^_^. Saya pernah beberapa kali naik G. Gede, beberapa kali ke G. Papandayan, sekali ke G. Salak, dan sekali ke G. Ciremai. Dari kesemua perjalanan itu, yang paling dramatis adalah ketika naik G. Salak, karena saya mendapat oleh-oleh berupa 6 sengatan lebah, 5 di kepala dan 1 di jempol tangan kanan. Kisah perjalanan saya mendaki Gunung Salak bisa disimak disini.
Tanjakan menjelang Puncak G. Salak |
Fantasy of Papandayan |
Fantasy of Papandayan |
Fantasy of Papandayan |
Fantasy of Papandayan |
Melakukan kegiatan Outdoor membuat saya bisa sejenak lepas dari rutinitas dan bisa mewujudkan ide-ide maupun keinginan-keinginan yang terpendam. It's like unleash your wild side at a proper place.
Dan sekarang saya mendapatkan kesempatan untuk bisa melakukan lagi kegiatan Outdoor yang saya inginkan. Kesempatan itu datang ketika tulisan saya yang berjudul: "The Medieval Banquet, mesin waktu ke Abad Pertengahan" terpilih menjadi salah satu dari 4 top writing di IN or OUT Writing Competition.
Dengan menjadi top 4 Writing di IN or OUT Writing Competition, saya berkesempatan untuk memenangkan Grand Prize berupa sebuah Travel Experience senilai 10 juta rupiah. Saya akan berkompetisi dengan 3 orang pemenang top writing lainnya untuk menjadi Best of The Best dengan cara membuat sebuah travel plan yang membutuhkan biaya sebesar 10 juta rupiah.
Begitu saya membaca tentang kompetisi ini, hati saya langsung bilang SURFING! Namun kayaknya kalau Surfing doang mah gak nendang, lagipula dana yang tersedia itu 10 juta. Untuk liburan di dalam negri dan untuk orang sekelas saya mah, 10 juta itu melimpah ruah.
Btw, kenapa saya nggak milih jalan-jalan ke Luar Negri ya? minimal Singapur gitu atau Malaysia.
Ya! saya harus memenuhi kerinduan saya dulu akan Surfing. Selain itu, kesempatan emas ini harus saya manfaatkan sebaik mungkin. Saya ingin mendapatkan sesuatu yang lebih, lebih berkesan dan lebih bermanfaat. Kalau saya memilih jalan-jalan ke luar negri, saya memang akan mendapatkan banyak hal, seperti pengalaman, pengetahuan dan wawasan akan negeri tersebut, saya akan mendapatkan oleh-oleh, foto-foto dan cerita untuk diceritakan ke teman dan keluarga. Tapi tidak, saya ingin lebih dari itu.
Karena itu saya memutuskan untuk liburan sekaligus berguru Surfing. Dengan demikian, disamping saya mendapatkan oleh-oleh, foto dan cerita, saya mendapatkan hal lain lagi yang lebih berharga, yakni keterampilan menunggangi ombak alias Selancar atau Surfing.
Supaya mantap, padepokan Surfing yang dipilih juga yang profesional yakni Rip Curl School of Surf di Bali. Yup Rip Curl punya nama besar di dunia selancar. Dan dengan berguru disana, saya yakin akan mendapat kemajuan yang pesat, dibanding hanya 1 - 2 jam otodidak seperti yang saya lakukan di pantai Seminyak dulu ^_^.
Photo courtesy of Kubanbali.com |
Nah seperti yang saya katakan tadi, kalau Surfing doang mah nggak nendang. Apa lagi dananya ada. Makanya selain Surfing saya juga ingin melakukan hal berikutnya yang tak kalah menantang, yakni menginjakkan kaki di puncak gunung tertinggi ke 2 di Indonesia yakni puncak gunung Rinjani di Pulau Lombok (puncak tertinggi nomor 1 di Indonesia adalah puncak Carstenz di Papua). Kebetulan jarak Bali - Lombok relatif dekat. Makanya dalam travel plan yang saya susun ini, saya sertakan juga Hiking ke Rinjani. Lengkaplah perjalanan saya, Laut dapat Gunung pun didapat.
Photo courtesy of Ibnu Syahri Ramadhan. (Kompasiana) |
Travel yang saya rencanakan, berlangsung mulai tanggal 13 - 21 Desember 2014. Pertimbangannya adalah ini belum masuk waktu Liburan Natal & Tahun Baru. Sehingga harga-harga belum naik ^_^ selain itu, Pantai dan Gunungnya juga belum terlalu ramai.
Adapun garis besar kegiatannya begini:
- Jakarta - Bali pake pesawat
- Di Bali 3 hari berguru Surfing
- Bali - Lombok jalan darat + naik Ferry
- Di Lombok 3 hari Hiking ke Puncak Rinjani
- Setelah dari Rinjani, stay 1 hari di Senggigi untuk mempraktekkan pelajaran Surfing
- Lombok - Jakarta pakai pesawat
Penyusunan budget Travel ini membutuhkan waktu lumayan lama. Dan saya sangat mengandalkan internet untuk itu. Saya mencari referensi tentang bagaimana cara mencapai tempat ini, bagaimana kondisi disitu, nginapnya gimana, jasa yang tersedia apa saja, bla bla bla, dan yang paling penting adalah harga he..he..he..
Karena meski 10 juta itu banyak buat saya, namun tetap saja itu terbatas, dan saya harus benar-benar merencanakan penggunaan dana itu dengan matang. Apalagi tanggal 18 November 2014 kemarin, harga BBM resmi naik. Itu tentu berpengaruh pada harga-harga baik barang maupun jasa.
Setelah meramu dan meracik, mencari dan membandingkan berbagai biaya, paket dan jasa, jadilah tabel dibawah ini sebagai rincian pembiayaan perjalanan saya berguru Surfing di Bali dan mencapai puncak tertinggi ke 2 di Indonesia, puncak Rinjani di pulau Lombok.
Kegiatan | Biaya Satuan | Biaya Total | Keterangan |
---|---|---|---|
Di Jakarta, 13 Des 2014 | |||
Transport Rumah-Bandara |
250000
|
Taxi | |
Airport Tax |
40000
|
||
Pesawat Jakarta - Denpasar |
585200
|
Sabtu, 13 Desember 2014, Jam 14:55, Sriwijaya Air (traveloka.com) | |
Di Bali, 13 - 16 Des 2014 | |||
Penginapan |
200000
|
600000
|
Tune Hotel Kuta 3 malam, 13-15 Dec. |
Surf school |
1800000
|
Beach Surfer Level di Rip Curl Surf School Kuta | |
Makan 10x |
100000
|
1000000
|
13-16 Nov 2014 |
Transport Bandara - Penginapan |
100000
|
Taxi | |
Transport Bali - Lombok (Senggigi) |
175000
|
peramatour.com | |
Di Lombok, 16 - 21 Des 2014 | |||
Paket pendakian puncak Rinjani 3H/2M |
1850000
|
www.anaklombok.com | |
Tips Porter dan Guide |
300000
|
www.anaklombok.com | |
Penginapan di Senggigi |
200000
|
400000
|
Go Show, malam tanggal 16 Nov dan tanggal 20 Nov |
Makan 6x di Senggigi |
100000
|
600000
|
tanggal 16, 20, 21 Nov |
Transport Senggigi - Bandara Lombok |
30000
|
Damri | |
Pesawat Lombok - Jakarta |
854000
|
Minggu, 21 Desember 2014, Jam 14:20, Lion Air (traveloka.com) | |
Airport Tax |
50000
|
||
Di Jakarta, 21 Des 2014 | |||
Transport Bandara - Rumah |
250000
|
Taxi | |
Dana Taktis |
1115800
|
||
Total |
10000000
|
Tabel diatas disusun setelah menimbang berbagai kemungkinan. Diantara banyak pilihan, kita harus mantap mengambil satu keputusan. Sesuai semangat dari kompetisi ini yakni Decision yang diwakili dengan sebuah frasa singkat namun membangkitkan semangat "Are you IN or OUT".
***
Posting Komentar
Posting Komentar