Adalah merupakan kodrat penciptaan, laki-laki itu maskulin dan perempuan itu feminim. Namun dalam kehidupan sehari-hari setiap pria mempunyai "kadar" maskulin yang berbeda-beda. Ada yang maskulin banget dan ada yang biasa aja. Malah akhir-akhir ini muncul istilah "pria tulang lunak", yakni pria yang feminim atau kewanita-wanitaan.
Apa tujuan atau manfaat maskulinitas pria? Kalau ini dibahas, bakal panjang tulisannya. Karenanya itu dibahas secara terpisah aja ya. Kita fokus sesuai judul aja dulu, yakni bahasa tubuh yang menunjukkan seorang pria itu maskulin.
Berikut adalah 12 bahasa tubuh pria Maskulin:
1. Masuk ke ruangan dan kehadirannya dirasakan semua orang.
Kebanyakan pria meremehkan betapa hebatnya daya tarik mereka. Begitu kita masuk ke sebuah ruangan, orang-orang, terutama wanita, akan memindai kita dalam hitungan detik.
Pria maskulin tidak datang dengan keributan atau gemerlap. Ia datang dengan tujuan.
Bahu ditarik ke belakang, dada sedikit terbuka, dagu dan rahang sejajar dengan tanah, tidak terangkat karena sombong, tetapi tidak menunduk karena malu. Langkahnya terkendali, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat, seolah-olah waktu berputar di sekelilingnya.
Dia tidak melihat sekelilingnya dengan panik atau mencoba membaca situasi. dia sudah tahu siapa dirinya, dan ruangan itu akan menyesuaikan diri sebagaimana mestinya.
Cara masuknya menunjukkan dominasinya tanpa sepatah kata pun.
2. Berhentilah gelisah, itu menandakan rasa tidak aman.
Maskulinitas tumbuh dalam keheningan. Terus-menerus menyentuh wajah, membetulkan pakaian, meretakkan buku-buku jari, atau menggeser berat badan, memberi tahu orang lain bahwa kita merasa tidak nyaman atau cemas.
Pria maskulin tahu bahwa sedikit gerakan sama dengan lebih banyak kendali. Tangannya beristirahat dengan tenang. Posturnya santai, tidak kaku. Dan saat berbicara, dia tidak menggunakan gerakan yang tidak perlu.
Setiap gerakan dilakukan dengan sengaja.
Saat kita diam, orang akan lebih memperhatikan apa yang kita lakukan. Kita tampak tenang, kuat, dan membumi, bahkan di lingkungan bertekanan tinggi.
3. Kontak mata kita seharusnya membuat orang berhenti sejenak.
Kontak mata bukan hanya tentang melihat, tetapi tentang memegang. Dan hanya sedikit pria yang tahu cara melakukannya tanpa terlihat aneh atau agresif.
Kuncinya adalah kehadiran yang tenang dan dominan. Jangan menatap seolah-olah kita sedang berusaha memenangkan kontes.
Tataplah mata seseorang seolah-olah kita sudah tahu lawan bicara kita itu, dan kita sekarang sedang membacanya.
Wanita sangat sensitif terhadap hal ini. Jika kita dapat melakukan kontak mata dengan intens dan sedikit rasa ingin tahu yang tenang, itu menandakan kekuatan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
4. Perlambat gerakan kita, itu menunjukkan perintah.
Kecepatan menandakan kegugupan. Pria yang bergerak cepat sering kali terlihat seperti sedang berusaha menghindari perhatian.
Namun, pria maskulin bergerak seolah-olah tidak ada yang mendesak di sekitar mereka. Baik saat mengambil minuman, menarik kursi, atau melepaskan jaket, lakukanlah dengan perlahan dan hati-hati.
Hal itu memberi kesan bahwa kita memegang kendali penuh atas dunia kita. Bahwa kita tidak bereaksi terhadap lingkungan. Kita membentuknya.
Lambat bukan berarti malas. Itu artinya kendali. Dan kendali adalah bahasa kekuasaan.
5. Kuasai “power lean”.
Mencondongkan tubuh ke dalam menunjukkan ketertarikan. Mencondongkan tubuh ke belakang menunjukkan ketidaktertarikan.
Namun, sedikit mencondongkan tubuh ke depan pada saat yang tepat, terutama saat mengobrol, menunjukkan dominasi dan rasa ingin tahu sekaligus.
Kita terlibat, tetapi kita masih memegang kendali. Kombinasikan itu dengan bahu yang rileks dan kontak mata yang erat, dan orang yang kita ajak bicara akan merasa tertarik dan sedikit terdominasi.
Kita memberi isyarat bahwa kita hadir, tetapi tidak putus asa. Ini sangat ampuh dalam suasana intim di mana ketegangan muncul tanpa suara.
6. Tanamkan kaki kita dengan niat.
Kebanyakan pria berdiri seolah-olah mereka siap untuk lari atau pingsan. Berat badan mereka terus berubah, atau kaki mereka menjauh dari orang yang mereka ajak bicara.
Namun pria maskulin menjejakkan kakinya dengan kuat, selebar bahu, bagaikan gunung yang tak bisa digerakkan.
Bila kita berdiri dengan cara ini, cara orang memandang kita akan berubah. Kita tampak kokoh, yakin, dan stabil. Energi itu tercermin dalam cara kita berbicara, mendengar, dan bertindak.
Jika kita merasa tidak yakin, perbaiki sikap kita terlebih dahulu. Pikiran mengikuti tubuh.
7. Bicaralah dengan tangan kita, tetapi jangan berlebihan.
Pria paling karismatik dalam sejarah menggunakan tangan mereka dengan cara yang halus tetapi ampuh.
Mereka tidak mengomel atau mengalihkan perhatian. Mereka menggunakan gerakan kecil dan halus untuk menekankan poin-poin penting.
Telapak tangan terbuka saat menjelaskan.
Tangan sedikit tertutup saat mengarahkan dengan intensitas tinggi. Menunjuk ke bawah, bukan ke atas, saat memberi arah.
Kalau tangan kita selalu berada di dalam saku atau menempel di samping tubuh, kita tampak tertutup.
Jika kita terlalu sering melambaikannya, kita akan terlihat tidak waras. Temukan keseimbangannya, dan perhatikan bagaimana hal itu memperkuat suara kita.
8. Kendalikan pernapasan kita, pernapasan mengendalikan energi kita.
Sebelum kita memasuki ruangan mana pun, tariklah napas dalam-dalam beberapa kali. Ini akan menurunkan kortisol, menenangkan pikiran, dan memperlambat detak jantung kita.
Mengapa ini termasuk penguasaan bahasa tubuh?
Karena pernapasan kita membentuk cara kita bergerak. Jika kita bernapas pendek dan cepat, kita akan gelisah, bergerak-gerak, dan tampak tidak nyaman.
Namun, pernapasan diafragma yang lambat membuat gerakan kita lebih halus, suara kita lebih dalam, dan kehadiran kita lebih besar.
Pria yang paling tenang di suatu ruangan biasanya adalah orang yang paling berkuasa.
9. Gunakan keheningan sebagai senjata.
Kebanyakan pria mengisi ruang dengan kata-kata. Namun jika digunakan dengan tepat, keheningan dapat mengubah ruangan.
Saat kita mengatakan sesuatu yang penting, berhentilah sejenak. Biarkan hal itu meresap. Saat seseorang mengajukan pertanyaan kepada kita, jangan langsung menjawabnya.
Biarkan mereka duduk sambil menunggu. Keheningan menunjukkan bahwa kita tidak takut membuat orang lain menunggu. Keheningan menciptakan ketegangan, kehadiran, dan otoritas.
Kombinasikan dengan pernapasan terkendali dan kontak mata, maka kita akan menjadi seseorang yang disukai orang, bukan yang diabaikan.
10. Tidak goyah saat disentuh.
Pria maskulin tidak gentar. Baik saat ada yang menepuk punggung, mengusap lengan, atau memasuki ruang pribadi. Kita tidak akan terkejut, mundur, atau tertawa gugup.
Kita tetap tenang, mengakui tetapi tidak terpengaruh. Reaksi semacam ini memberi tahu orang lain bahwa sistem saraf kita tenang, citra diri kita kuat, dan kita tidak mudah terpengaruh.
Wanita terutama memperhatikan bagaimana kita bereaksi terhadap sentuhan. Jika kita menanganinya dengan tenang dan pengakuan yang tenang, itu menunjukkan kedewasaan, pengalaman, dan kekuatan yang tenang.
11. Manfaatkan teknik Cermin secara strategis, jangan otomatis.
Teknik cermin adalah ketika seseorang menirukan lawan bicaranya, seperti posisi tubuh, gerakan kepala, kata/ungkapan tertentu, dsb. Teknik ini cukup ampuh tetapi kebanyakan pria melakukannya secara berlebihan atau tanpa sadar.
Pria maskulin meniru dalam dosis kecil, untuk membangun koneksi. Dia mungkin menirukan postur atau memiringkan kepalanya dengan cara yang sama saat mendengarkan, tetapi dia tidak meniru.
Ia menggunakan teknik Cermin dengan sengaja, tidak seperti bunglon, tetapi seperti seorang pria yang sinkron dengan lingkungannya namun percaya diri dengan ritmenya sendiri.
Gunakan Teknik ini secara halus untuk menciptakan hubungan, tetapi selalu kembali ke pribadi kita sendiri. Kita memimpin tempo, jangan pernah mengikutinya secara membabi buta.
12. Berjalanlah seolah-olah kita sudah memiliki hasilnya.
Kebanyakan pria berjalan seolah-olah mereka meminta izin. Langkah mereka pendek, bahu terkulai, dan pandangan tertunduk.
Namun, pria maskulin berjalan dengan tujuan yang tenang. Setiap langkahnya disengaja, posturnya selaras, dan pandangannya ke depan.
Dia tidak mengecek ponselnya saat berjalan. Dia tidak terburu-buru. Dia berjalan seakan-akan tahu ke mana dia akan pergi, dan tidak peduli siapa yang mengawasinya.
Kehadiran seperti itu bersifat magnetis. Kehadiran itu memberi tahu dunia bahwa kita tidak berharap segala sesuatunya berjalan sesuai keinginan kita. Kita bergerak menuju apa yang sudah menjadi milik kita.***
Sumber:
https://x.com/ManlyMindz/status/1930167631991972028
Gambar ilustrasi dibuat oleh AI.
Posting Komentar
Posting Komentar