Pengobatan Alternatif
Bah Eno sedang mengurut

“Umur Abah 85 tahun, abah lahir tahun 30” jawabnya ketika saya bertanya tentang usia beliau. Meski terhitung sudah sepuh, bah Eno masih terlihat segar. Bicaranya masih lancar dan jelas. Genggaman tanganya masih kokoh ketika mengurut. Itulah bah Eno, seorang spesialis urut penyakit dalam yang hanya terkenal dari mulut kemulut.

Bah Eno “membuka praktek’ di rumahnya, di Kp. Panawuan, Ds. Sukajaya, Kec. Tarogong Kidul, Kab. Garut, Jawa Barat. Yang unik dari ilmu pengobatan bah Eno ini adalah, beliau mengurut dengan cara merunut tiap urat yang ada hubungannya dengan penyakit yang diderita si Pasien. Bila si pasien sakit jantung misalnya, maka si Abah akan merunut setiap urat yang ada hubungannya dengan jantung. Yang ternyata letaknya tidak hanya di sekitar dada saja, tapi meliputi seluruh tubuh, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Beliau mengurut dengan detil, tak satu pun urat yang terlewat. Kalau ada yang posisinya tidak di tempat seharusnya, dia akan meluruskannya, satu demi satu. Akibatnya, proses pengobatan dengan cara mengurut urat ini bisa berlangsung berjam-jam lamanya. Oleh karena itu, dalam satu hari, bah Eno hanya melayani 2 pasien saja, tidak lebih.

Pasien-pasien bah Eno tidak hanya datang dari sekitar kab. Garut saja. Banyak juga yang datang dari daerah lain, seperti Tasikmalaya, Cianjur, Purwakarta, bahkan sampai Serang, Banten. Nama beliau dikenal dengan cara getok tular, karena tidak sedikit pasien penyakit berat yang sudah menahun, dengan izin Allah bisa sembuh dengan perantaraan diurut oleh bah Eno.

Saya pun mengunjungi bah Eno ini dalam rangka mengantar bapak saya yang sakit jantung. Bapak saya mendapat informasi tentang bah Eno dari temannya, yang istrinya telah sembuh dari sakit jantung yang dideritanya setelah diurut oleh Bah Eno. Awalnya kami datang hari Jum’at. Namun sayang, pada hari Jum’at bah Eno tidak buka praktek. Karenanya kami pun pulang dan kembali keesokan harinya.  Kami sampai di rumah bah Eno lagi, hari sabtu jam 6 pagi. Namun ternyata jam 6 pagi ini juga masih kurang cepat, karena ketika kami datang, sudah ada pasien yang tengah ditangani oleh bah Eno.

Di ruang tengah rumah bah Eno, tempat beliau mengurut, telah ada seorang pemuda yang telungkup hanya mengenakan celana pendek. Bah Eno dengan telaten merunut tiap urat yang ada di badan pemuda tersebut. Setiap kali urat diluruskan, saat itu pula pemuda tersebut berteriak kesakitan. Bah Eno tidak terpengaruh oleh teriakan pasiennya, beliau tetap meneruskan kegiataannya mengurut. Setelah hampir 3 jam, barulah selesai. Sambil beres-beres, kami sempat mengobrol dengan pemuda itu, ternyata dia diurut bukan karena penyakit berat, tapi sekedar meluruskan urat-urat saja, karena dia sangat gemar berolah raga. Sekilas saya sempat melihat tas yang dibawa pemuda itu. Tas itu bertuliskan “KONI Kabupaten Cilegon”.

Setelah beristirahat sebentar, kini giliran bapak saya diurut. Dengan hanya mengenakan celana pendek bapak saya mulai diurut dalam keadaan telungkup. Sebelum diurut, bapak saya memberitahu keluhan-keluhannya. Dan bah Eno pun mulai bekerja, tangannya menelusur tiap urat yang ada hubungannya denga penyakit jantung yang diderita bapak saya. Sesekali terdengar suara kemeretak, ketika beberapa kelompok urat diluruskan oleh bah Eno. Posisi tubuh pun kemudian diminta berubah, dari telungkup, menghadap ke kiri, ke kanan, terlentang, telungkup lagi, begitu terus berganti-ganti.
Pengobatan Alternatif
Anatomi otot manusia - sumber: anatomy-diagram.net

Ternyata bah Eno ini senang sekali bercerita. Sambil mengurut, beliau menceritakan berbagai pengalamannya waktu muda dulu. Ketika saya bertanya dari mana bah Eno belajar ilmu urut ini? Bah Eno mengakatakan bahwa beliau belajar di Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur, dulu ketika masih remaja. Wah, berarti bah Eno telah menekuni profesinya ini selama puluhan tahun. Tak heran kalau ilmu urutnya sudah demikian mumpuni. Cukup dengan meraba dan menekan dengan ibu jari atau telunjuk, bah Eno menelusuri permukaan kulit dan menemukan urat-urat yang bermasalah kemudian membetulkannya. Dan tak cukup disitu saja, dia kemudian menelusuri lagi urat lainnya yang berhubungan dengan urat bermasalah tersebut. Karena tubuh itu satu kesatuan, jika ada masalah di suatu tempat, bisa jadi itu adalah akibat dari masalah lainnya yang terjadi di tempat yang berbeda, dan seterusnya.

Bah Eno pun tak sungkan menceritakan kisah kehidupan keluarganya. Beliau ternyata punya anak 11 orang dan pernah menikah 2 kali. Dari pernikahan yang pertama bah Eno tidak mempunyai anak dan rumah tangganya kandas. Barulah pada rumah tangga berikutnya, bah Eno dikarunia anak sampai 11 orang. Yang unik adalah proses “nembak” perempuan yang dilakukan oleh orang jaman dulu. Bah Eno “nembak” istrinya tidak menggunakan bunga atau ungkapan “aku cinta padamu”, bah Eno hanya mencolek perempuan tersebut. Dan perempuan yang dicolek tersebut mengerti bahwa bah Eno ada hati padanya. Gayung pun bersambut, dan colekan itu berlanjut ke  pelaminan. Unik bukan.

Ketika ditanya apa resepnya sehingga di usia 85 tahun ini bah Eno masih tampak segar, beliau menjawab: "Sae Pikiran". Sae Pikiran (Baik Pikiran) ini bisa diartikan selalu berpikiran positif, jauh dari sifat dan kehendak yang buruk. Inilah yang dianut oleh bah Eno dalam menjalani kehidupannya. Hal ini bisa dilihat dari gaya bicaranya yang lepas dan lugas dan terkadang tidak bertatakrama. Bukan berarti beliau orang yang kasar, namun sepertinya beliau tidak suka bermulut manis namun hatinya berkata lain.

Suara Adzan berkumandang dari masjid yang hanya terpisah 4 rumah dari rumah Bah Eno. “Sedikit lagi” kata bah Eno, dan tak lama kemudian beliau menyudahi pekerjaannya. Ternyata proses mengurut bapak saya ini memakan waktu sampai 4 jam! Waw. Bapak saya mengatakan dirinya merasakan perbedaan, meski rasa pusing masih ada sedikit dan di beberapa tempat terasa sedikit sakit. Namun sakit itu bukan sakit penyakit, melainkan sakit bekas diurut tadi.

Setelah mengucapkan terima kasih kami pun pamit dengan terlebih dahulu membayar biaya mengurut sebesar 200rb.

Pengobatan Alternatif
Lokasi rumah Bah Eno





“Ini adalah buaya putih yang menjaga ruang Prabu Siliwangi” kata pak Nadmudin sambil menunjuk keatas. Memang benar pada langit-langit gua terdapat barisan Stalaktit yang entah bagaimana terbentuknya, mereka berbaris sedemikian rupa sehingga membentuk sosok buaya yang besar. Adapun “ekor” dari buaya ini mengarah ke sebuah lorong. Lorong itu menuju ke ruangan Prabu Siliwangi. Sayangnya pak Nadmudin tidak bersedia mengajak kami menelusuri lorong tersebut dan melihat ruangan didalamnya.


Peta Goa Sungging
Peta posisi Goa Sungging, diantara Curug Cikaso dan Ujung Genteng

 Lebih detail:

Peta Goa Sungging
Detail arah menuju Goa Sungging
Selain ruang Prabu Siliwangi, didalam gua juga terdapat Batu Berputar, Pintu Penjara,
Gadis cantik itu cekatan sekali. Selama kami disana, si gadis ini tak pernah terlihat duduk. Mencatat pesanan dari pengunjung yang baru datang, memasukkan daftar pesanan ke komputer sistem, mengambil makanan yang baru dimasak chef, membereskan meja yang baru saja ditinggal pengunjung, melayani pengunjung yang ada di dalam dan di luar restoran. Begitu terus tak pernah diam.

Ketika sedang mencatat pesanan di meja kami, saya perhatikan label nama yang tersemat di seragamnya. "FEM", hanya tiga huruf. Fem? itu aja namanya? atau mungkin ini nicknamenya dia saja. Begitu teman saya bertanya darimana asalnya, dari Filipina, jawabnya sambil tersenyum manis.

Oh rupanya dia semacam "TKI" gitu, tapi dalam level yang agak lebih tinggi. Mungkin dia lulusan sekolah pariwisata di Filipina atau siapa tahu punya Diploma atau malah Strata. Siapa tahu.

Dia tidak diam di satu meja lama-lama. Setelah mencatat pesanan, mengantarkan pesanan, menerima pesanan tambahan, atau sekedar menjawab pertanyaan pengunjung, dia akan beredar kembali ke semua area restoran.

Oh iya, restoran yang saya kunjungi kali ini adalah "HOOTERS", sebuah restoran asal Amerika. Ketika kami berkunjung, di restoran ada 3 orang yang berseragam seperti Fem. Dan ketiganya tampak beredar ke seantero restoran dengan gesit.

Hooters Singapura Singapore
HOOTERS, di Clarke Quay, Singapura

Saya dan rekan-rekan kerja makan malam di
Kawasan Geopark Ciletuh kini semakin banyak dikenal orang. Kebetulan saya juga pernah mengunjungi Ciletuh ketika melakukan Solo Touring ke daerah Ujung Genteng, 24-25 Oktober 2015. Pada kesempatan perjalanan selama dua hari ini, saya  mengunjungi:

- Air Terjun Cikaso
- Goa Sungging
- Pantai Ujung Genteng
- Penangkaran Penyu di Pantai Pangumbahan
- Geopark Ciletuh

 Berikut peta perjalanan saya kala itu:

Rute perjalanan dari Ujung Genteng ke Ciletuh (garis Kuning)
Peta ini dihitung dari Perempatan di Jalan Raya Pelabuhan Ratu. Yang dari Jakartanya gak dihitung, soalnya gak muat.Untuk mencapai Ciletuh ini saya memberdayakan
Berikut adalah foto-foto masa muda dari beberapa pesohor dunia, seperti Bill Clinton, Hillary Clinton, George W. Bush, Obama, Nelson Mandela, Tony Blair, dll.


Bagi warga negara yang sudah berumur 17 diharuskan mempunyai KTP (Kartu Tanda Penduduk) sebagai kartu identitas. KTP ini diperlukan untuk banyak hal, sebagai bukti, tanda identitas seseorang. Namun KTP ini berlaku hanya kalau kita berada di dalam Negara kita sendiri, di Indonesia. Nah bagaimana kalau kita di Luar Negeri?

Ketika seseorang berada di Luar Negeri, maka tanda identitas dia bukan lagi KTP, melainkan Paspor (Passport). Paspor ini adalah KTP kita di dunia Internasional. Kalau untuk membuat KTP kita cukup mengurusnya di kantor Desa dan Kecamatan, maka untuk mengurus pembuatan Paspor, kita harus datang ke Kantor Imigrasi Kabupaten Kita.

Kebetulan saya ada pengalaman membuat Paspor di Kantor Imigrasi Kabupaten Bogor, di kota Bogor. Adapun lokasi kantor Imigrasi ini adalah:

Rumah Idaman
Mempunyai rumah idaman memang jadi keinginan setiap orang. Apalagi ketika keluarga kita telah semakin berkembang dengan hadirnya anak-anak. Banyak faktor yang mendorong kita untuk memiliki rumah yang layak dan terletak di tempat yang strategis. Misalnya letaknya gak jauh dari tempat kerja, dekat dengan sekolah yang bagus untuk anak-anak, dsb.

Dengan berbagai pertimbangan itu saya telah membeli sebuah rumah dengan cara KPR di Bank BTN. Namun letaknya cukup jauh dari tempat saya bekerja. Dan karena saat itu perumahan tersebut masih baru dan sepi, saya belum menempatinya.

Sekarang daerah itu telah berkembang, sudah tiba saatnya saya menempati rumah itu. Namun ternyata saya butuh biaya untuk merenovasi rumahnya sehingga layak untuk ditempati.

Untuk membiayai renovasi tersebut, saya berencana mengajukan kredit ke Bank.

Dengan bantuan internet, saya mencari tahu syarat-syarat pengajuan kredit renovasi.

Ketika melihat poster Film Everest yang diposting seorang teman di account Pathnya, saya langsung tertarik. Apalagi pada ngajakin nonton bareng, langsung saya setuju.

Mendaki Everest adalah impian setiap pendaki gunung, tak terkecuali saya. Meski sudah membaca dari berbagai sumber tentang bagaimana beratnya medan Everest, bahkan taruhannya nyawa, namun itu tidak bisa mengubur impian saya untuk bisa kesana.

Jadilah sore harinya setelah kerja, saya bersama beberapa orang teman, nonton bareng film ini di sebuah bioskop di dekat tempat kerja.

Film Everest diangkat dari kisah nyata, Sebuah tragedi yg terjadi pada tgl 10  Mei 1996.

Adalah Rob Hall seorang pendaki profesional dan pemilik biro perjalanan "Adventure Consultants",
Berawal dari salah satu syarat pengajuan KPR, yang disana tercantum harus ada “Copy PBB tahun terbaru”, saya jadi terlibat perjalanan bolak balik keliling Cikarang untuk mengurus PBB rumah yang diblokir. (Kisah saya mengajukan KPR, bisa dibaca disini)
KPR BTN, Kredit Agunan Rumah BTN
Kredit Agunan Rumah di BTN


PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap tanah dan bangunan. Lebih lengkapnya seputar PBB ini silahkan baca-baca di sini:

https://www.online-pajak.com/pajak-bumi-dan-bangunan

Ketika mengajukan Kredit ke Bank BTN Cabang Cikarang, saya dapat sebuah brosur berisi besaran kredit yang bisa diberikan beserta syarat-syaratnya.
Gunung Munara

Gunung Munara Puncak Batu Belah
Puncak Batu Belah
"Disini mulai rame sejak tahun baru kemarin"
"Tahun baru 2015 ini?"
"Iya, tahun baru 2015 ini, sebelumnya mah paling Sabtu Minggu doang, itu juga paling banyak 50 motor"

Begitulah percakapan singkat saya dengan teteh pemilik warung kelapa muda. Saya bertanya padanya sejak kapan Gunung Munara ini banyak dikunjungi. Nama Gunung Munara sekarang ini semakin sering dibicarakan orang. Spot pendakian yang terletak di daerah Rumpin, Bogor, ini memang tengah naik daun. Alasannya adalah, Gunung Munara memberikan tantangan yang sekelas naik gunung, namun jaraknya relatif pendek. Dari start mendaki sampai ke puncak, dibutuhkan waktu 1 – 1,5 jam saja.

Saya pun tertarik untuk menjajal track pendakian di Gunung Munara ini. Oh ya, meski namanya Gunung Munara, sebenarnya ini adalah sebuah bukit dengan batu-batu yang sangat besar. Dan yang membuat saya heran, banyak sekali batu-batu besar sebesar rumah yang tumpang tindih sedemikian rupa seolah sengaja disusun. Saya jadi berkhayal, ngebayangin dulu ada orang yang sangat sakti yang mampu mengangkat batu-batu sebesar rumah itu, terus menyusunnya ^_^.


Dari PMI (Pondok Mertua Indah ^_^) di daerah Leuwiliang, Bogor, saya berempat bersama adik ipar dan sepupu-sepupu naik dua motor ke Gunung Munara. Menyusuri jalan Rumpin
Indonesia
Indonesia
Indonesia adalah untaian Zamrud Khatulistiwa. Dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud sampai ke Pulau Rote, gugusan pulau-pulaunya mengandung keindahan tiada tara.  Adalah Kalimantan, salahsatu diantara untaian zamrud-zamrud itu. Kalimantan adalah pulau terbesar ketiga di Dunia, setelah Greenland dan Papua. Di pulau seluas  743.330 km² ini tersimpan harta karun yang tak ternilai harganya. Harta karun itu berupa Flora, Fauna, Adat Kebudayaan, Kuliner, dan tempat-tempat eksotis nan mempesona.

Salahsatu harta karun di Kalimantan adalah Derawan. Akhir-akhir ini nama Derawan semakin akrab di telinga kita. Derawan adalah sebuah gugusan pulau yang terletak di perairan Timur Kalimantan. Derawan terkenal karena keindahan alamnya yang masih perawan. Di gugusan kepulauan Derawan ini ada satu pulau yang menjadi primadona. Dia adalah Maratua, pulau seluas 384 km²   ini berbentuk laguna yang mengelilingi perairan dangkal. Di perairannya terdapat Keanekaragaman Hayati laut berupa aneka terumbu karang dan flora-fauna penghuninya. Kekayaan bawah lautnya ini termasuk ke tiga terbesar setelah Raja Ampat dan Kepulauan Solomon.

Pulau Maratua
Pulau Maratua
Kekayaan berupa keanekaragaman Hayati yang eksotis tidak hanya ada di laut saja.

Tanjung Layar, icon Sawarna
Nama Sawarna mulai  mencuat beberapa tahun belakangan ini. Tujuan wisata yang terletak di daerah Bayah, provinsi Banten ini semakin ramai dikunjungi para pelancong. Baik Turis dalam negri maupun luar negri.

Sawarna memang bukan hanya pantai, di sana ada juga Gua-gua, Sungai yang berkelok membelah pesawahan yang hijau,  serta bukit-bukit yang masih terjaga hutannya. Mengunjungi Sawarna, kita akan mendapatkan semuanya.

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi Sawarna. Meski karena keterbatasan waktu, tidak semua tujuan wisata di sana bisa saya kunjungi. Pada kesempatan tersebut, saya hanya mengunjungi beberapa saja, yakni:
Suzuki Satria F150 Hyper Underbone
Suzuki Satria F150 Hyper Underbone
Punya motor Suzuki Satria itu emang seneng-seneng susah. Senengnya: motornya sporty, tarikannya mantep, dan keren aja gitu ^_^. Tapi susahnya: BBMnya "nyeruput" ^_^, dan tempat servisnya agak susah.

Susah yang saya maksud disini adalah, susah nyari bengkel yang ngerti banget karakter si Satria. Kalau bengkel sekedar bengkel sih tiap 100 meter pasti ada bengkel motor. Tapi yang ngerti seluk-beluk motor sport jenis Satria ini, gak semua bengkel bisa.

Bagaimana dengan BERES (Bengkel Resmi Suzuki)?
Prosedur
Prosedur-prosedur
Ini pertama kalinya saya memperpanjang STNK motor di SAMSAT Kab. Bogor di Cibinong. Prosesnya sederhana dan Cepat. Seluruh proses hanya memakan waktu kurang lebih 40 menit.

Pertama-tama kita harus mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Untuk perpanjangan  STNK 1 tahun, yang harus dibawa adalah:
  • STNK Asli
  • KTP Asli sesuai dengan nama di STNK

Awalnya saya kira harus menyerahkan BPKB juga, soalnya pengalaman saya mengurus STNK di SAMSAT Kota Tangerang gitu, harus bawa STNK Asli, KTP Asli dan BPKB. Namun
Perpustakaan Daerah Garut
Perpustakaan Daerah Garut. sumber: inilah.com

Jadi ingat waktu sekolah SMP dan STM dulu. Saya biasa berkunjung ke perpustakaan daerah. Disitu banyak sekali koleksi buku-buku menarik. Kalau banyak waktu luang, saya akan membaca disana, saya telusuri rak demi rak, begitu melihat buku yang menarik, saya buka,saya baca sebentar. Kalau benar-benar saya suka, saya bawa ke meja dan membacanya disana. Kalau waktu tak mencukupi, entah karena perpustakaan mau tutup atau saya harus segera pergi ke tempat lain, saya akan meminjamnya dan membawa buku tersebut pulang untuk dibaca dirumah.

Kala itu, hobi membaca saya baru terakomodasi oleh perpustakaan. Dimana ribuan koleksi buku berbagai bidang tersedia disana. Saya tentu saja tidak bisa mengoleksi buku sebanyak itu, karena jangankan membeli ribuan buku, membeli satu dua buku saja banyak pertimbangannya. Terutama
"Like father like son" ~ idiom Inggris

Olah raga rekreasi Hiking sekarang tengah naik daun di Indonesia. Hiking alias naik gunung ini  memang bukan olah raga biasa. Karena membutuhkan kondisi fisik yang prima dan daya tahan tubuh yang tinggi. Karena dengan mendaki gunung, artinya kita akan memforsir tubuh kita sampai batas ketahanannya. Kita akan berjalan jauh bisa sampai belasan kilometer, dengan medan yang menanjak. Belum lagi kondisi lingkungan yang ekstrim, dingin, hujan, bahkan di gunung-gunung yang sangat tinggi seperti Everest, Salju yang sangat dingin menjadi teman pendakian. Tak cukup demikian, kita pun harus menggendong tas besar berisi berbagai barang yang dibutuhkan untuk "survival" di gunung, yang tas ini tentunya tidak ringan.

Kebetulan saya termasuk salah satu yang suka Hiking. Dan sepertinya anak saya tertarik juga. Anak yang baru berumur 5 tahun ini suka melihat foto-foto bapaknya ketika di gunung. Sering dia meminta kepada saya untuk ikut naik gunung. Tentu saja saya tidak melarang hanya mengatakan belum waktunya, mengingat dia masih kecil.

Nah ketika saya mengetahui ada objek wisata yang mulai dikenal orang di daerah Bogor ini, saya jadi punya ide untuk mengajak anak saya "Naik Gunung" ^_^. Kebetulan objek wisata ini tidak terlalu jauh dari rumah mertua. Jadilah pada hari libur kami sekeluarga menjajal "hiking" ke Gunung Kapur, Ciampea, Bogor.



Meski namanya "Gunung Kapur", namun sejatinya ini adalah sebuah bukit yang memanjang. Dibutuhkan waktu cukup satu jam saja dari start mendaki sampai puncak. Namun demikian tracknya lumayan berat. Kemiringan tanjakannya bisa 70 derajat. Malahan


Kalau mendengar kata Ancol, maka yang pertama terlintas di benak kita adalah Dufan, terus Sea Wold, lalu Atlantis, terus Tahun Baru ^_^. Karena biasanya stasiun TV kalau malam tahun baru suka mengadakan konser musik di Pantai Karnaval Ancol.

Kawasan Ancol dikelola oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Namun ternyata tempat-tempat dan fasilitas-fasilitas yang ada di kawasan Ancol ini tidak dikelola oleh satu perusahaan saja, dalam hal ini PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Berbagai fasilitas yang ada itu dikelola oleh banyak perusahaan. Nah, salah-satunya adalah PT. Seabreez Indonesia.


PT. Seabreez Indonesia ini merupakan anak perusahaan dari PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. Berdiri sejak tahun 1972,

Titanic ^_^
"Mas Irpan, itu foto dimana sih, kayak Titanic aja, cuman nggak ada lawannya? he..he..", seorang temanku bertanya tentang foto saya di depan boat yang saya pasang di Facebook. Foto itu saya ambil di Pulau Bidadari. Sssstt, ini rahasia ya, sebenarnya foto itu diambil di dermaga saat Boatnya bersandar ^_^ cuman ngambil fotonya sedemikian rupa, sehingga nampak seperti di laut lepas. Apalagi warna air lautnya biru gelap, kayak sedang di tengah lautan kan?

Alhamdulillah, Kamis, 16 April 2015 kemarin Saya berkesempatan mengunjungi Pulau Bidadari. Saya kesana dalam rangka mengikuti acara Vlogger Gathering One Day Trip to Pulau Bidadari Eco Resort yang diselenggarakan oleh viva.co.id bekerjasama dengan PT. Seabreez selaku pengelola Eco Resort Pulau Bidadari.

Rombongan yang terdiri dari 40 blogger, para ponggawa viva.co.id, kru stasiun tv antv dan jajaran
Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup

~Soe Hok Gie – 1966

Langit berwarna biru keabu-abuan karena tertutup kabut. Didepan saya membentang dataran yang ditumbuhi pohon-pohon bunga abadi, Edelweiss. Inilah Lembah Kasih Mandalawangi, Puncak Pangrango.


Kesan yang terbit pertama kali adalah damai…sejuk… meski sedikit…… kesepian. Setelah memastikan bahwa itu adalah tempat yang dicari, saya kembali ke tempat tadi, Puncak Pangrango, dimana temen-temen Adventurers sedang foto-foto dengan Titik Triangulasi, penanda puncak Pangrango, 3019 mdpl. Jarak dari puncak Pangrango ke Lembah Kasih Mandalawangi sekitar 150 meter. Setelah memberitahukan rombongan bahwa Mandalawangi tidak jauh lagi dan kemudian mereka pun menuju kesana, sekarang giliran saya foto-foto dengan Titik Triangulasi ^_^



Kegiatan di Puncak Pangrango berpusat di Mandalawangi, selain foto-foto kami juga syuting video komersial ^_^ Serius ini, kebetulan ada seorang temen kita yang mempunyai label kaos sendiri, dan dia ingin membuat video komersial untuk labelnya tersebut. Ditengah-tengah syuting, turun hujan cukup deras, mau tidak mau semua kegiatan dihentikan. Namun sebelum pulang, sang Sutradara merangkap Kameramen, Ian Adiwibowo, meminta para talent untuk take beberapa video  singkat lagi. Menurut beliau justru suasana hujan ini sangat bagus untuk difilmkan.

Setelah dirasa cukup kami pun kembali ke puncak Pangrango untuk kemudian turun lagi ke basecamp di Kandang Badak, dimana dua rekan kami yang jaga basecamp dan tidak ikut muncak telah menungggu dengan makanan hangat yang siap disantap. Nah, ketika turun dari Puncak Pangrango ke Basecamp Kandang Badak inilah, rombongan mengalami kejadian yang mencekam, berjalan ditengah hutan yang gelap tanpa ada kepastian
Forest Cathedral

Lukisan karya seorang Tuna Netra

John Bramblitt adalah seorang seniman yang tinggal di Denton Texas. Karya seninya telah dijual di lebih dari dua puluh negara dan ia telah muncul di berbagai media baik nasional maupun internasional, di media cetak, TV dan radio. Dia telah muncul di CBS Evening News dengan Katie Couric, ABC, dan BBC Radio, dan dia telah tampil di The New York Times. Dia telah memenangkan penghargaan untuk film dokumenter pendek "Line of Sight 'dan" Bramblitt". Karyanya telah menerima banyak pengakuan termasuk' Most Inspirational Video 2008 'dari YouTube dan tiga Presidential Service Awards untuk lokakarya seni inovatif. Dan John adalah seorang tuna netra.

"Pada dasarnya apa yang saya lakukan adalah mengganti segala sesuatu yang mata akan lakukan  dengan indera peraba,
Setiap sebulan sekali, kami para blogger akan berkumpul di kantornya detik.com. Acara ini biasanya diadakan pada hari minggu. Oleh karenan itu acara tersebut dinamai “Sunday Sharing”. Nah acara yang berlangsung tanggal 15 Februari kemarin itu, adalah acara yang ke 14. Berarti 14 bulan sudah Sunday Sharing diadakan. Lumayan konsisten juga ya. Setahun lebih, bayangin.

Ada apa di Sunday Sharing? Sesuai namanya “Sharing”, di acara tersebut para blogger saling berbagi tentang berbagai hal. Adapun konsepnya adalah kita ngumpul, terus mengundang seorang ahli untuk berbagi. Adapun bumbu-bumbunya adalah makan siang bareng, ada doorprize juga. Namun yang lebih dari itu adalah kesempatan untuk berkumpul dengan sesame penulis, saling berkenalan, menambah teman, ketawa-ketiwi bareng, dan banyak lagi.

Pada SundaySharing 14 kemarin, yang dibahas adalah seputar Travel Writing. Kami mengundang pak Teguh Sudarisman, seorang Travel Writer kawakan yang sudah jalan jalan menjelajah Indonesia dan ke luar negeri juga. Padahal pak Teguh ini bukan lulusan sekolah jurnalistik. Beliau malah lulusan UNDIP jurusan teknik Kimia, gak ada kaitannya dengan dunia jurnalistik. But there he is, an infamous Travel Writer J

Pada kesempatan kemarin, pak Teguh membagikan ilmu tentang seluk-beluk menjadi Travel Writer. Dan beliau mendorong peserta untuk terlebih dahulu menjelajah negri sendiri sebelum ke luar negeri. Mengingat Indonesia dengan segala kekayaanya tak akan pernah habis untuk dijelajahi dan digali kecantikannya. Ada tempat-tempat indah, baik dilaut, di gunung, di kota-kota. Ada juga bermacam upacara adat dan festival, belum lagi makanan berbagai citarasa yang tiap daerah pasti mempunyai makanan khasnya. Intinya, kalau mencari bahan tulisan, gak perlu ke luar negeri di Indonesia juga banyak sekali.


Nah, tulisan kita tentang kunjungan ke suatu tempat tersebut, bisa kita kirimkan ke majalah-majalah pariwisata
Puncak Gunung Cikuray
Puncak Gunung Cikuray
Bumi ini bukan warisan nenek moyang, melainkan titipan dari anak cucu kita.
Mari kita lestarikan…

 ===
Sabtu, 27 Dec 2014
Setelah lumayan lama terlelap, saya terjaga. Masih di Cipularang mengarah ke Jakarta. Saya menengok ke sebelah kanan, di jok 3 kursi, bertumpuk 3 orang yang sedang tidur. Anak-anak ini…. Separah apapun kondisinya, mereka tetap bisa menikmatinya. Bahkan di kursi bis yang sempit pun, mereka bisa tidur bertumpuk seperti itu ^_^

Tidur di Bis
Tidur di Bis
Saya coba perhatikan tanda-tanda kilometer yang dilewati, disana tertera angka “97”. Sementara itu di layar LCD yang terdapat di bagian depan bis sedang menayangkan Video Karaoke “Mega Hits Mansyur S.”, dan lagu yang sedang tampil adalah lagu berjudul “Zubaidah”.

Saya memejamkan mata. Memutar kembali pengalaman yang telah lalu…..

***
Rabu, 24 Dec 2014 21:00
Kami berempat (Saya, Reza, Yogi dan Wildan) berangkat dari rumah malam hari, jam 8-an kurang. Dari Kalisari naik angkot sekali, disambung busway, turun di halte BKN. Tujuan kami adalah pool Bis Primajasa yang terletak tepat di Halte BKN itu. Suasana di Pool Bis mengingatkan saya  pada suasana saat-saat mau mudik lebaran. Di pool banyak sekali calon penumpang. Untungnya manajemen pool bis menerapkan system antrian. Setiap calon penumpang yang baru datang diharuskan mengambil nomor antrian

. Nanti begitu ada bis kosong, penumpang akan dipanggil berdasarkan nomor antriannya. Sehingga meski penumpang berjubel, tapi suasana tetap tenang dan tertib.
Terminal Guntur Garut
Terminal Guntur Garut
Karena calon penumpang sangat banyak, kami baru kebagian bis jam setengah dua belas malam ^_^ Tapi nggak apa-apa lah, yang penting bisa duduk nyaman. Tas-tas Carrier disimpan di bagasi. Diatas hanya bawa jaket dan tas kecil saja berisi dompet dan hp. Perjalanan menuju Garut memakan waktu hampir 6 jam. Ini karena terjadi kemacetan di jalan tol Cikampek.

Kamis, 25 Dec 2014
Sekitar jam setengah enam pagi kami tiba di Terminal Guntur, Garut. Begitu turun dari bis kami langsung menuju ke Masjid Al-Mubarok yang terletak di seberang pintu keluar terminal. Masjid ini menjadi base camp tidak resmi dari para pendaki yang akan naik ke Cikuray atau Papandayan. Di depan masjid sudah tersedia Angkot dan mobil Pickup yang akan mengantar mereka ke Pintu Pemancar untuk pendakian Cikuray, dan ke Cisurupan untuk yang akan ke Papandayan.

Terminal Guntur Garut
Mesjid dekat Terminal Guntur Garut
Biasanya begitu turun dari Bis, kita akan disambut orang yang bertanya, “Mau kemana kang?, Cikuray atau Papandayan?” Kemudian dia akan mengarahkan kita. Kalau ke Cikuray, kita bisa menggunakan mobil pickup atau angkot berwarna biru muda. Sedang kalau ke Papandayan, kita menggunakan angkot berwarna biru tua.

Perjalanan menuju pintu Pemancar lumayan panjang dan dramatis. Jalannya mengingatkan saya ke jalan menuju Gunung Putri, G. Gede. Namun ini lebih parah. Beberapa kali Angkot harus didorong karena bannya terjebak lumpur.  Btw, ongkos dari Terminal sampai ke Pemancar ditarif Rp. 45rb/orang. Awalnya saya kaget, apa?! 45rb?! mahal amat! Tapi setelah tahu jalan yang harus dilalui seperti apa, saya jadi bisa nerima juga ^_^

Pos Pemancar Cikuray
Jalan Menuju Pemancar
Setelah berjibaku di jalan sempit berbatu dan berlumpur, sampailah kami ke pos pendaftaran. Disini kita didata dan diharuskan membayar tiket masuk Rp. 10rb/orang.

Pos Pendaftaran Pintu Pemancar Cikuray
Pos Pendaftaran Pintu Pemancar
Saya pikir dari pos pendaftaran ke Pemancar itu sudah dekat. Apalagi pada foto dibawah ini, Kompleks Pemancar sudah terlihat sangat dekat. Namun ternyata dugaan tersebut tidak benar saudara-saudara.

Pemancar BTS di pos Pemancar
Pemancar BTS di pos Pemancar
Dari pos pendaftaran ke Pemancar ternyata masih jauh dan melalui jalan menanjak, berbatu dan berlumpur. Dua dari tiga angkot yang jalan beriringan itu sampai mengalami pecah ban. Untunglah mereka membawa ban cadangan. Akhirnya kami pun harus turun dan menunggu ban diganti. Untunglah nggak lama.
Gerbang Pemancar Cikuray
Menuju titik start pendakian
Menjelang pos Pemancar, pemandangannya sungguh menakjubkan. Saya sempatkan mengambil salah satunya, yakni foto dibawah ini.

Dataran Garut Timur
Dataran Garut Timur
Itulah dataran Garut sebelah Timur.

Ketika sampai pos pemancar, saya berpikir tempatnya seramai Cibodas. Ternyata enggak. Disana hanya ada 3 atau 4 warung, sederet toilet dan musholla. Waktu di terminal tadi, kami belum sempat sarapan. Karena ingin buru-buru ke Pemancar, kami mengambil angkot yang segera berangkat saat itu, dan nggak sarapan dulu, dengan harapan di Pos Pemancar ada warung nasi. Ternyata enggak ada sodara. Jadilah kami harus puas sarapan dengan Indomie Telor. -_-‘

Pos 1 Cikuray via Pemancar
Pos 1 Cikuray via Pemancar
Disini kami menyusun ulang barang-barang bawaan. Disini pula kita harus mengisi perbekalan terutama Air. Karena disepanjang perjalanan sampai puncak dan sampai turun lagi, kita tidak akan menemukan sumber air.

Ok, perjalanan dimulai. Kami berangkat jam 10 pagi. Di titik start permulaan mendaki, kami berfoto dulu ^_^

Start Mendaki
Start Mendaki
Dari kiri ke kanan: Irpan, Wildan, Reza & Yogi

Jalur yang dilalui mula-mula berupa kebun teh. Kemudian bersambung kebun sayuran. Kemudian barulah jalur hutan.

Track hutan yang dilalui mengingatkan saya waktu naik Gunung Salak, bulan Agustus lalu. Jalannya sempit namun masih alami. Malah di Jalur Cikuray ini tidak ada patok penanda jarak. Dan karena ini musim hujan, jalan yang dilalui jadi licin. Kita harus ekstra hati-hati dalam melangkah, karena kalau sampai terpeleset dan jatuh apalagi sampai kaki keseleo, repot urusannya.

Jalur Pendakian Gunung Cikuray
Jalur Pendakian Gunung Cikuray
Dari para pendaki yang berpapasan ketika mereka turun kami dapat informasi bahwa di atas ramai sekali. Selain itu hujan selalu turun ketika hari menjelang sore. Dan hujan akan berlangsung sampai malam hari. Wah, mesti siap-siap nih.

Jalur Pendakian Gunung Cikuray
Jalur Pendakian Gunung Cikuray
Sepanjang perjalanan saya selalu berada paling belakang. Kali ini bukan karena menemani orang yang paling belakang, tapi karena emang ketinggalan. Saya keteteran mengimbangi laju ketiga anak ABG itu. “Admit it, you are ooooold, buddy” kata saya pada diri sendiri ^_^ Malah karena di jalur banyak terdapat tanjakan yang harus dipanjat, beberapa kali otot kaki saya terasa kaku, untung nggak sampai kram. Untuk memulihkan kondisi, mau tidak mau saya harus berhenti, melepas Carrier, dan menggerak-gerakkan kaki saya selama 15 menitan. Setelah pulih, baru melanjutkan perjalanan lagi.

Dari pintu Pemancar sampai puncak harus melalui 7 pos. Dan ketika sampai pos 6, hujan turun. Saat itu saya sendirian, 3 Anak itu sudah di depan entah di mana. Waktu menunjukkan jam 3 sore. Wah malam masih jauh, ya udah lanjut aja, pikir saya. Setelah mengenakan jas hujan, saya pun melanjutkan perjalanan. Saya mendapati anak-anak itu satu jam kemudian. Saat itu mereka tengah mendirikan tenda dalam siraman gerimis kecil.  Ketika saya tanya, mengapa gak nge-camp dipuncak aja?, mereka menjawab, kata orang-orang ini sudah di kawasan puncak. Ke puncak paling 10 menit lagi. Kita dirikan tenda disini, takutnya di puncak sudah penuh, katanya. Emang betul juga sih. Saya pun kemudian membantu mereka.

Sayup-sayup terdengar celoteh dan tawa orang di arah atas. Berarti benar, puncak sudah dekat.

Acara pertama setelah tenda berdiri adalah memasak air dan nasi. Untuk perlengkapan masak, kami membawa kompor gas “Laptop”, wajan, panci nesting, 4 botol air ukuran 1,5 liter, dan 1 botol air ukuran 5 liter.

Saya kebagian menggendong bahan makanan dan botol air ukuran 5 liter itu. Lumayan juga sih ^_^  sementara anak-anak itu ada yang bawa tenda, ada yang bawa perlatan masak, dan yang lain membawa air dan keperluan kelompok lainnya.

Suasana “dapur” bisa dilihat di foto di bawah.

Dapur Tenda
Dapur Tenda
Itu ada panci nesting, wajan yang dipakai menanak nasi liwet. Perhatikan spatulanya ^_^ itu spatula hasil kreasi Reza, dibuat dari kayu pipih dan ranting, diikat pake tali raffia. Kemudian ada botol berukuran 5 liter dan disebelahnya botol-botol 1,5 literan.

Dinner
Dinner
 Setelah nasi matang, siap disantap. Lauknya?  Mie instan mentah yang diremukkan dan dicampur dengan bumbunya. Makannya pun gak dipisah, langsung dihajar di wajannya oleh empat orang. Wellcome to the jungle…^_^

Ketika makan,  saya ingat para Chef Colliers Adventurers. Andai ada disini …


Selama di Cikuray dan Papandayan, itulah menu yang kami santap.  Adapun diperjalanan naik dan turun, perut kami diganjal dengan madu, coklat dan biskuit.

Jum’at, 26 Dec 2014

Ketika saya terjaga, tampak langit mulai terang-terang tanah.  Terdengar beberapa orang lewat dengan nafas terengah-engah. Wah mereka pada mau  mengejar Sun Rise nih. Tapi kami tidak mencari itu. Nyantai aja. Setelah semua bangun, kami menyempatkan membuat minuman hangat dulu. Setelah itu baru berkemas dan bongkar tenda.

Ketika langit sudah terang, kami menuju ke puncak Cikuray dengan membawa serta semua perlengkapan. Benar saja, tak sampai 10 menit kami tiba di Puncak. Disana ada pelataran tak seberapa luas. Semuanya terisi tenda. Namun banyaknya tenda bisa dihitung dengan jari.

Kami bersyukur karena pagi itu Matahari berkenan menampakkan diri. Awan-awan pun mendekati kami, berkumpul dibawah. Di puncak terdapat satu bangunan bekas BTS. Untuk mendapatkan foto yang lepas tanpa halangan, kami naik ke atap bangunan tersebut.

Bangunan bekas Menara BTS di Puncak Cikuray
Bangunan bekas Menara BTS di Puncak Cikuray
Foto diatas adalah bangunan bekas BTS. Kami naik ke atapnya dengan berpegangan pada tali. Tali tersebut ada di sisi Timur bangunan. Kalau dari foto ini, tali itu ada di sebelah kiri. Atap bangunan tidak terlalu luas, taksiran saya paling hanya 3x3 meter. Makanya untuk berfoto diatas, harus gantian.

Lautan Awan Puncak Cikuray
Lautan Awan Puncak Cikuray
Foto di atas adalah pemandangan sisi Timur Cikuray, tampak lautan awan yang mengambang dengan awan kelabu mengandung hujan di sisi kanan foto.

Puncak Cikuray dengan latar Kawah Papandayan dan Kawah Darajat
Puncak Cikuray dengan latar Kawah Papandayan dan Kawah Darajat
Foto diatas adalah suasana puncak dengan latar belakang Papandayan. Ini adalah pemandangan sisi Barat Laut. Puncak Papandayan di pojok kiri foto tampak diselimuti kabut.


Setelah puas foto-foto kami mencari tempat agak luas dibawah. Acara berikutnya adalah memasak nasi untuk sarapan sebelum turun. Sambil menunggu nasi matang dan mumpung ada matahari, kami menjemur pakaian dan perlengkapan lainnya yang kemarin sempat basah kena hujan. Sekitar jam 9:30-an kami mulai perjalanan turun gunung melalui jalur Bayongbong.

Jalur pendakian di Cikuray itu ada 3:

  •     Jalur Cilawu (Pemancar),
  •     Jalur Bayongbong (Pintu Pamalayan dan Pintu Sengklek)
  •     Jalur Cigedug (Kp. Olan atau Areng)

 Jika disketsa, posisi-posisi dari tempat-tempat di Cikuray – Papandayan itu demikian:

Jalur Pendakian Cikuray
Jalur Pendakian Cikuray
Dalam perjalanan turun, jalur hutannya kami selesaikan dalam waktu 1,5 jam saja. Betul kata orang-orang, jalur Bayongbong itu jalur terpendek untuk mencapai puncak. Namun “harganya mahal” ^_^ jalur ini lebih parah daripada jalur Pemancar. Kalau di jalur Pemancar masih ada “ampun”, kita bisa menemukan tanjakan landai lumayan panjang. Tapi kalau di jalur Bayongbong, full tanjakan terjal dengan kemiringan diatas 50 derajat. Gak ada landai-landainya. Sayang saya tidak sempat mengambil foto jalur Bayongbong karena semua hp dibungkus plastik dan dikubur dalam carrier, jaga-jaga hujan dijalan. Mau bongkar lagi repot. Tapi kalau ada kesempatan lagi naik ke Cikuray, kecuali niat banget pengen jajal tanjakan “minta ampun”, sebaiknya pilih naik dari Pemancar aja daripada dari Bayongbong ^_^. Kalau turunnya boleh lah lewat sini.

Sekeluarnya dari jalur hutan, kami break sebentar. Mengisi perut dengan madu dan coklat. Pemandangan yang menyambut adalah perkebunan penduduk. Ladang-ladang disini didominasi oleh tanaman kentang. Agak kebawah baru ada Jagung dan Kol. Awalnya ketika bertemu kebun penduduk, kami mengira perjalanan telah berakhir. Didepan bisa naik mobil atau ojek. Namun ternyata dugaan kami salah. Masih butuh perjalanan sekitar 1,5 jam lagi untuk sampai ke kampung Sengklek, melewati perkebunan yang luas.

Perkebunan Warga
Perkebunan Warga
Disini kita bisa menemukan motor pengangkut pupuk dan hasil panen. Motor ini dimodifikasi untuk disesuaikan dengan medan pegunungan yang terjal. Bagian bannya diberi rantai, dan jok tempat duduk diganti papan kayu. Tapi jangan salah, biar penampilannya “gak jelas” begitu, motor ini mampu mengangkut 4 karung pupuk sekali jalan.

Petani naik motor
Petani naik motor
Sesampainya di kampung Sengklek, kami break di sebuah warung. Makanan disini murah-murah. Gorengan saja masih Rp. 1000 3 biji.  Disini pula kami berhasil mendapatkan ojek. Dia bersedia membawa kami sampai ke Cikajang. Dan dari Cikajang, disambung angkot ke Cisurupan. Untuk kemudian lanjut ke Kawah Papandayan. Ojek dari Sengklek ke Cikajang memasang tariff 20rb/orang. Sementara angkot Cikajang-Cisurupan Rp. 4rb/orang.

Ketika naik ojek, hujan turun. Kami tidak sempat memakai jas hujan. Ya udah hajar terus sampai Cikajang. Di Cikajang kami berteduh sebentar sambil menunggu angkot. Setelah beberapa lama, barulah dapat angkot berwarna kuning yang membawa kami ke Cisurupan. Setibanya di Cisurupan, begitu turun dari angkot, kami didekati seorang tukang ojek. Mereka menawarkan jasanya. Dari obrolan dengan tukang ojek itu, saya baru tahu bahwa ada kesepakatan antara tukang ojek dengan mobil pickup yang sama-sama mengantar wisatawan ke kawah Papandayan. Jika ada rombongan dibawah 5 orang, maka itu adalah jatahnya Ojek. Sedang jika rombongannya diatas 5 orang, maka itu jatahnya mobil pickup.  Meski calon penumpang bebas memilih mau naik ojek atau pickup. Namun yang boleh “approach” ya sesuai aturan tadi.

Setelah adu tawar, jadilah ongkos ojek dari Cisurupan ke Papandayan ditarif Rp. 25rb/orang. Kami berangkat setelah terlebih dahulu membeli perbekalan tambahan di Alfamart di dekat situ.

Setibanya di Papandayan kami disambut hujan lumayan deras. Dan suhu di Papandayan ini lebih dingin dibanding suhu di Puncak Cikuray. Saya sendiri sedikit heran. Mungkin karena disini anginya kenceng kali ya. Tapi meski dingin, masih acceptable lah.

Track Papandayan pastinya sudah pada tahu, jadi saya tidak pelu menggambarkannya lagi. Hanya mungkin sekarang, jalurnya lebih licin dan dibeberapa tempat terdapat lumpur lumayan tebal. Kita harus berjalan melipir, mencari pijakan yang lebih padat.

Setibanya di Camping Ground Pondok Saladah, kami mendirikan tenda di tempat yang cukup terlindung pepohonan. Supaya hembusan angin tidak langsung menerjang tenda kami.

Pondok Saladah Papandayan
Pondok Saladah Papandayan
Saat itu sore hari, hujan pula. Sehingga tidak banyak yang bisa kami lakukan, kecuali pasang tenda, mengisi air, bersih-bersih, lalu berlindung di dalam tenda sampai pagi.


Sabtu, 27 Dec 2014

Pagi itu Papandayan disiram gerimis dan diselimuti kabut. Saat suasana agak terang, kami berempat menuju ke Hutan Mati. Hutan Mati memang selalu menggugah kita untuk berimajinasi. Dan kali ini, fantasinya adalah tentang Shinobi. ^_^

Shinobi Indonesia
Shinobi Indonesia
Setelah dirasa cukup foto-foto, kami menuju ke Tegal Alun. Menjelang sampai ke Tegal Alun, kita harus melewati sebuah tanjakan yang popular dengan nama “Tanjakan Mamang”, jalurnya lumayan terjal, tapi tidak terlalu panjang, 5 menit selesai. Buat seru-seruan mah, asyik juga nanjak di Tanjakan Mamang ini. Fotonya bisa dilihat dibawah.

Tanjakan Mamang Tegal Alun Papandayan
Tanjakan Mamang Tegal Alun Papandayan

Suasana di Tegal Alun lumayan terang, meski kabut membayangi di ujung sana.

Tegal Alun Papandayan
Tegal Alun Papandayan
Dari foto diatas, Puncak Papandayan terletak di sebelah kiri foto. Adapun jalan menuju puncak, ada di belakang kami. Namun ketika melihat puncak diselimuti kabut tebal, kami jadi kehilangan selera untuk ke puncak. Karena disanapun kami tidak akan mendapat apa-apa selain kabut tebal. Akhirnya kami memuaskan diri mengambil foto di Tegal Alun saja.



Mbah Dukun
Mbah Dukun
Mbah Dukun, dengan tongkat sakti dan air suci. ^_^

Bunga Edelweiss
Bunga Edelweiss

Bunga Edelweiss yang masih kuncup, belum mekar. Namun lumayan berwarna.

Telaga di Tegal Alun Papandayan
Telaga di Tegal Alun Papandayan
Telaga musiman. Dalamnya paling hanya 20 cm saja. Ini sebenarnya hanyalah genangan air hujan yang tidak mengalir. Kalau musim kemarau, tempat ini berupa dataran kering yang lumayan luas. Namun di Musim Hujan, berubah jadi telaga dangkal. Tapi kalau difoto disini lumayan dramatis juga.  ^_^

Setelah puas foto-foto kami kembali ke Camping Ground, melalui jalur yang satu lagi. Jalurnya lumayan parah, karena jalannya berlumpur tebal. Selain itu turunannya curam, sehingga ketika turun kami harus berpegangan pada batang-batang pohon.

Setelah istirahat, kami berkemas dan bongkar tenda. Untuk kemudian pulang.

Ok, sekian dulu Catpernya (Catatan Perjalanan). Semoga bermanfaat. ^_^


Salam Lestari


Irpan Rispandi

@irpanisme


Copyright © 2018 - irpanisme.com. Diberdayakan oleh Blogger.
Copyright © 2020